Pengertian ADHD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

ADHD [Attention Deficit Hyperactivity Disorder] merupakan gangguan perkembangan saraf ketika masih kanak-kanak yang paling umum. Kondisi ini umumnya pertama kali didiagnosis ketika masih anak-anak serta bisa terus bertahan sampai beranjak dewasa.

Subtipe ADHD

  • Dominan hiperaktif impulsif: Seseorang dengan ADHD yang lebih dominan hiperaktif kompulsif umumnya punya masalah hiperaktivitas serta perilaku impulsif.
  • Dominan inatensi: Seseorang dengan ADHD yang lebih dominan inatesi umumnya punya gejala tidak bisa memperhatikan dengan baik.
  • Kombinasi hiperaktif impulsif dan inatensi: Punya gejala seperti impulsif, interaktif dan tidak bisa memperhatikan.

Gejala ADHD

  • Tidak bisa tetap fokus dan kurang perhatian.
  • Hiperaktif atau terlalu banyak bergerak sampai tidak bisa diam.
  • Impulsivitas yakni tindakannya tergesa-gesa tanpa berpikir.

Sedangkan jika dibagi berdasarkan jenisnya, maka gejala yang ditimbulkan dari orang dengan ADHD adalah:

1. Dominan Inatensi

  • Tidak memperhatikan hal yang detail atau sering berbuat kesalahan ceroboh pada pekerjaan atau tugas sekolah.
  • Bermasalah dengan fokus pada aktivitas atau tugas seperti saat berada di dalam kelas, saat melakukan percakapan panjang atau bacaan yang panjang.
  • Seperti tidak mendengarkan ketika orang lain sedang bicara.
  • Tidak mengikuti arahan serta tidak menyelesaikan tugas kantor atau tugas sekolah.
  • Menghindari atau tidak suka dengan tugas yang melibatkan upaya mental berkelanjutan seperti mengisi formulir atau menyiapkan laporan.
  • Sering kehilangan benda yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas atau menjalani keseharian.
  • Mudah terdistraksi.
  • Sering melupakan tugas sehari-hari.
  • Punya masalah dalam mengatur pekerjaan atau tugas.

2. Dominan Hiperaktif / Impulsif

  • Gelisah dengan mengetukkan kaki atau tangan atau menggeliat di kursi.
  • Memanjat atau lari di tempat yang tidak semestinya.
  • Tidak bisa duduk diam di ruang kerja atau di kelas.
  • Tidak dapat bermain atau melakukan aktivitas pada waktu luang yang tenang.
  • Terlalu banyak bicara.
  • Menjawab sebelum pertanyaan selesai dilontarkan atau memotong pembicaraan.
  • Kesulitan untuk menunggu giliran ketika sedang mengantri.
  • Melakukan interupsi pada orang lain.

Penyebab ADHD

Sebenarnya, belum ditemukan dengan pasti apa yang menjadi penyebab dari ADHD dan masih dipelajari oleh para ilmuwan. Selain genetik, para ilmuwan juga mempelajari tentang beberapa kemungkinan dari penyebab serta faktor risiko ADHD, seperti:

  • Mengalami cedera otak.
  • Penggunaan tembakau serta alkohol selama masa kehamilan.
  • Paparan lingkungan dalam masa kandungan atau usia dini.
  • Kelahiran bayi prematur.
  • Berat badan lahir yang rendah atau BBLR.
  • Sering bermain video game.

Diagnosis ADHD

Untuk memutuskan apakah seorang anak mengalami ADHD, maka akan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Namun, sebenarnya tidak ada satu tes pun yang bisa dipakai untuk mendiagnosis ADHD.

Ada banyak masalah lain yang menyebabkan DHD seperti depresi, ketidakmampuan saat mempelajari sesuatu, kecemasan, masalah tidur dan sebagainya. Beberapa tahap yang kemungkinan akan dilakukan untuk mendiagnosis ADHD adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan medis seperti tes gambar serta tes laboratorium.
  • Pengumpulan informasi seperti sejarah medis personal serta keluarga, isu medis dan catatan sekolah.
  • Wawancara atau kuesioner yang dilakukan pada orang yang mengenal anak tersebut.
  • Kriteria ADHD dari Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorder.
  • Skala penilaian ADHD untuk mengumpulkan serta mengevaluasi informasi tentang penderita ADHD tersebut.

Selain itu, ada juga beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk membantu dokter mendiagnosis kondisi tersebut. Berdasarkan publikasi American Psychiatric Association atau APA, berikut adalah beberapa kriteria yang bisa digunakan:

1. Jenis Inatensi

Menemukan 6 atau lebih gejala inatensi untuk anak sampai usia 16 tahun serta 5 atau lebih gejala pada remaja usia 17 tahun atau lebih tua. Gejala kondisi ini akan diperihatkan setidaknya selama 6 bulan.

2. Jenis Hiperaktivitas atau Impulsivitas

Menemukan 6 atau lebih gejala hiperaktivitas atau impulsivitas pada anak-anak sampai usia 16 tahun serta 5 atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua. Gejala yang ditimbulkan pada kondisi ini akan diperlihatkan setidaknya selama 6 bulan.

3. Jenis Hiperaktivitas atau Impulsivitas

Menemukan 6 atau lebih gejala hiperaktivitas atau impulsivitas untuk anak-anak sampai usia 16 tahun dan 5 atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua.

Pengobatan ADHD

Terapi perilaku serta obat-obatan bisa digunakan untuk membantu mengatasi ADHD. Kombinasi kedua cara tersebut bekerja baik untuk sebagian besar penderita terutama yang mengidap ADHD sedang sampai parah. Berikut adalah beberapa pengobatan untuk ADHD selengkapnya:

1. Terapi

Terapi perilaku bisa dilakukan untuk membantu mengatur gejala kondisi ADHD. American Academy of Pediatrics memberi penjelasan jika cara ini lebih sesuai dipakai untuk anak-anak berusia dibawah 6 tahun.

Sedangkan untuk jenis terapi pertama yang biasanya diberikan adalah psikoterapi. Terapi ini berguna untuk membantu anak supaya bisa memahami perasaan serta pikirannya terkait dengan kondisi yang sedang dialami.

Anak nantinya juga akan belajar untuk membuat keputusan baik itu dalam sekolah, hubungan atau kegiatan yang dilakukan. Orang tua, terapis, guru dan anak nantinya akan bekerja sama untuk memantau dan memperbaiki kebiasaan anak.

Hasilnya, anak akan bisa menghadapi banyak situasi dengan respons yang benar. Selain kedua terapi ini, anak juga bisa melakukan terapi grup, terapi musik atau latihan bersosialisasi.

Meski memang tidak sampai membuat anak dengan ADHD sembuh, namun cara ini bisa membantu anak dalam berkomunikasi, meminjam mainan, meminta tolong atau hal lainnya.

2. Obat

Obat juga bisa diberikan untuk membantu meningkatkan fokus serta konsentrasi pada anak dengan ADHD. Akan tetapi, ada banyak hal yang juga harus dipertimbangkan sebelum mulai memberikan banyak obat pada penderita.

Sebaiknya, berkonsultasi lebih dulu dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang sesuai dan paling dibutuhkan. Meski memang ADHD tidak bisa disembuhkan, namun hanya dengan obat-obatan berikut yang bisa membantu anak dalam beraktivitas serta belajar:

  • Obat stimulan atau perangsang fungsi sistem saraf seperti dextromethamphetamine, methylphenidate serta dextromethylphenidate.
  • Obat non stimulan sistem saraf seperti antidepresan untuk anak, atomoxetine, clonidine serta guanfacine.

Namun, kedua jenis obat ini sama-sama bisa menimbulkan efek samping, seperti:

  • Insomnia.
  • Sakit kepala.
  • Sakit perut.
  • Penurunan berat badan.
  • Rasa cemas.
  • Mudah marah.

Untuk itu, pastikan untuk terus memantau efek samping yang terjadi serta konsultasikan dengan dokter.

Perawatan ADHD di Rumah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ADHD memang tidak bisa disembuhkan. Namun ada beberapa perawatan untuk ADHD di rumah, seperti:

  • Menerapkan konsekuensi untuk melatih disiplin.
  • Menunjukkan kasih sayang pada penderita karena ia butuh dicintai, didengar serta dihargai.
  • Meningkatkan rasa percaya diri penderita dengan cara menekuni sesuai yang disukai seperti menari, menulis dan sebagainya.
  • Memakai kalimat yang sederhana, menatap matanya serta memberi contoh pada saat memberikan arahan pada penderita.
  • Melakukan latihan supaya anak bisa lebih teratur seperti menyimpan barang pada tempat yang sudah diberi tanda dengan jelas.
  • Melakukan kebiasaan gaya hidup sehat.
  • Memastikan penderita cukup istirahat dengan mencoba menjauhkan penderita dari kelelahan karena bisa menyebabkan gejala hiperaktif yang lebih buruk.
  • Memberikan gizi yang seimbang dan untuk tambahan bisa mengajak penderita berolahraga dengan teratur untuk memberikan efek yang positif pada perilakunya.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/adhd
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/adhd
  • https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/adhd/
  • https://www.klikdokter.com/penyakit/adhd

Leave a Comment