Pengertian Autisme – Gejala, Penyebab, Faktor, Diagnosis dan Pengobatan

Untuk sekarang ini, autisme lebih dikenal dengan sebutan gangguan spektrum autis atau GSA. GSA ini juga memayungi gangguan perkembangan yang lain dengan karakteristik serupa seperti gangguan perkembangan pervasif atau PPD NOS, sindrom Helller serta sindrom Asperger.

Pengertian Autisme

Autisme merupakan gangguan fungsi otak serta saraf serius dan kompleks yang mempengaruhi perilaku serta proses berpikir manusia. Autisme meliputi semua gangguan pada interaksi sosial, keterampilan komunikasi verbal dan non verbal serta perkembangan bahasa.

Gangguan perkembangan ini biasanya mulai terjadi di masa anak-anak yang akan terus bertahan seumur hidup. Autisme cenderung mengalami kesulitan untuk menuangkan pikiran serta mengekspresikan diri baik dengan gerak tubuh, kata-kata, ekspresi wajah serta sentuhan.

Autisme juga kesulitan untuk memahami yang dipikirkan serta dirasakan oleh orang lain. Autisme juga sangat sensitif sehingga mudah terganggu dan bahkan sampai tersakiti karena sentuhan, suara, bau atau pemandangan yang sebenarnya terlihat normal oleh orang lain.

Selain itu, anak dengan autisme juga cenderung melakukan sesuatu secara berulang dan punya ketertarikan yang sempit serta obsesif.

Gejala Autisme Pada Anak-anak

Kelainan neurologis serta perkembangan ini bisa menyebabkan banyak gejala. Semua anak mungkin akan punya gejala yang berbeda dengan tingkat keparahan dari ringan sampai berat.

Namun secara umum, penderita autisme akan menunjukkan beberapa gejala autis, seperti:

  • Tidak memberikan respon pada saat namanya dipanggil.
  • Menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Tidak tersenyum meski orang lain memberikan senyuman.
  • Melakukan gerakan berulang seperti menjentikkan jari, mengepakkan tangan atau mengayunkan tubuh.
  • Sering mengulang frasa atau kata yang sama.
  • Cenderung pendiam dan tidak banyak berbicara seperti yang lainnya.
  • Sulit untuk mengungkapkan perasaan serta mengekspresikan emosi.
  • Punya minat yang tinggi pada suatu kegiatan sehingga terkesan obsesif serta melakukan suatu perilaku secara berulang atau stimming.
  • Suka rutinitas terstruktur dan sama. Apabila rutinitas tersebut terganggu, maka ia akan sangat marah.
  • Susah untuk menjalin pertemanan serta lebih senang menyendiri.
  • Sering menjawab sesuatu yang tidak sesuatu dengan pertanyaan yang diajukan dan bahkan hanya mengulang pertanyaan orang tersebut.

Gejala Autisme Pada Orang Dewasa

  • Susah untuk memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain.
  • Cemas dengan banyak situasi sosial serta kegiatan di luar rutinitas.
  • Susah berteman atau lebih suka menyendiri.
  • Sering berbicara terang-terangan dan kasar serta menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Susah untuk menunjukkan perasaannya pada orang lain.
  • Saat berbicara denga orang, maka posisi tubuhnya akan mendekat atau sebaliknya yakni tidak senang jika orang terlalu dekat dengannya.
  • Teliti pada hal kecil, berpola serta mudah terganggu oleh bau atau suara yang dianggap normal oleh orang lain.

Penyebab Autisme

Sampai saat ini, penyebab dari autisme yang merupakan kelainan neurologi yakni autisme dan juga perkembangannya masih belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi para periset mengatakan jika kelainan ini sangat berhubungan dengan faktor genetik serta lingkungan.

Periset menemukan jika sejumlah gen yang kemungkinan berperan dalam autisme ini. Pada tes pencitraan ditemukan jika orang autis punya perkembangan beberapa area otak yang berbeda. Gangguan perkembangan pada otak ini mengakibatkan adanya masalah di kinerja sel otak satu sama lain.

Faktor Risiko

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan faktor risiko seseorang mengalami autisme, seperti:

  • Jenis kelamin: Autisme terjadi 4 kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita.
  • Riwayat keluarga: Keluarga yang punya anak autis kemungkinan juga akan memiliki anak autis kembali.
  • Penyakit lain: Autis cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau kondisi kromosom tertentu seperti sklerosis tuberous atau sindrom fragile X.
  • Bayi prematur: Autisme lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan berat badan rendah. Umumnya, bayi lebih berisiko apabila lahir sebelum 26 minggu.
  • Paparan bahan kimia serta obat tertentu: Paparan logam berat, obat valproic acid atau thalidomide pada janin bisa meningkatkan risiko terjadinya autisme.

Diagnosis Autisme

Sebetulnya, tidak ada tes laboratorium khusus yang dipakai untuk mendiagnosis autis pada anak. Namun, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes pendekatan yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Banyak cara yang biasanya akan dilakukan dokter seperti berikut ini:

  • Langkah pertama: Melibatkan skrining perkembangan umum selama anak diperiksa oleh dokter anak ketika masa kanak-kanak. Anak yang memperlihatkan beberapa masalah perkembangan dirujuk untuk evaluasi tambahan.
  • Langkah kedua: Melibatkan evaluasi dari tim dokter serta dokter spesialis yang lainnya. Dalam tahapan ini, anak bisa didiagnosis menderita autisme atau gangguan perkembangan yang lainnya.

Selama kedua proses tersebut, dokter akan mengamati perilaku serta gejala yang dirasakan penderita dengan cara mengajukan pertanyaan pada kedua orangtuanya. Selain itu, dokter juga akan mengamati bagaimana anak berkomunikasi serta berinteraksi.

Dokter akan menguji kemampuan anak serta berbicara, mendengar apa yang dikatakan orang lain. Kemudian, tes pencitraan akan dilakukan untuk menyingkirkan beberapa penyakit atau kondisi.

Pengobatan Autisme

Sebenarnya, tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi autisme. Namun, ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat keparahan gejala serta membuat kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.

Ini sangat penting dilakukan secepat mungkin karena autisme akan mempengaruhi segala aspek kehidupan seperti pendidikan, sosial serta kesejahteraan diri.

Anak yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat, maka akan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, menjalin pertemanan serta menerima pelajaran di sekolah.

Jika hanya dibiarkan, maka ini akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah, masa depan sampai hubungan dengan orang yang disayangi. Berikut adalah beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan komunikasi serta perilaku anak autisme:

1. Terapi

Terapi okupasi: Terapi okupasi adalah terapi yang mengajarkan banyak keterampilan seperti mandi, makan, berpakaian serta menjalin hubungan dengan orang lain.

Terapi integrasi sensoris: Untuk membantu mengolah informasi dari pemandangan, sentuhan, suara serta bau sehingga tingkat sensitivitas pada beberapa hal tersebut bisa berkurang.

Terapi wicara: Terapi wicara berguna untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara verbal atau non verbal.

  • 2. Penggunaan Obat-obatan

Sebenarnya, tidak ada obat-obatan yang bisa menyembuhkan autisme. Namun, ada beberapa jenis obat yang bisa dipakai untuk meringankan gejalanya. Contohnya obat antidepresan yang berguna untuk mengurangi kecemasan, obat untuk membantu meningkatkan konsentrasi atau obat anti kejang.

Namun, beberapa jenis obat ini tidak bisa digunakan sembarangan. Jika digunakan terlalu berlebihan, akan ada efek samping yang ditimbulkan khususnya pada anak-anak.

Perawatan Tambahan Autisme

Untuk meringankan gejala autisme, ada beberapa perawatan tambahan yang kemungkinan akan direkomendasikan. Sebelum mulai dilakukan, maka dokter serta ahli kesehatan yang lain akan mempertimbangkan manfaat yang bisa diperoleh pasien.

Ada beberapa perawatan tambahan yang bisa dilakukan, diantaranya adalah:

  • Terapi nutrisi: Pemenuhan nutrisi tertentu yang diperlukan sekaligus membantu pasien dari kebiasaan makan yang kurang sehat.
  • Chelation: Perawatan khusus untuk menghilangkan logam berat yang ada di dalam tubuh. Namun sayangnya, pengobatan ini cukup berisiko sehingga sebaiknya dipertimbangkan dengan matang lebih dulu.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/autisme
  • https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/autisme-adalah-autis/
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme
  • https://ciputrahospital.com/apa-itu-penyakit-autisme/

Leave a Comment