Pengertian Imitasi – Faktor, Penyebab, Dampak dan Contoh

Imitasi merupakan proses kognisi untuk melakukan tindakan atau aksi seperti yang dilakukan modelnya. Ini melibatkan indra sebagai penerima rangsang serta pemasangan kemampuan aksi untuk melakukan gerakan motorik.

Proses tersebut melibatkan kemampuan kognisi tahap tinggi sebab tidak hanya menggunakan bahasa namun juga pemahaman akan pemikiran orang lain.

Pengertian Imitasi

Imitasi merupakan perbuatan meniru sesuatu baik berbentuk tingkah laku, tindakan, gaya hidup sampai penampilan fisik seseorang.

Sedangkan pengertian lainnya mengatakan jika imitasi adalah perilaku lanjutan untuk mereplikasi sesuatu yang dimiliki orang lain lewat pengamatan. Intinya adalah imitasi merupakan bentuk pembelajaran untuk mengembangkan tradisi dan budaya.

Untuk sekarang ini imitasi dipelajari dari banyak sudut pandang ilmu seperti neurologi, psikologi, kognitif, studi hewan atau animal study, kecerdasan buatan, antropologi, sosiologi, ekonomi serta filsafat.

Ini berhubungan dengan fungsi dari imitasi pada pembelajaran khususnya anak atau kemampuan manusia untuk berinteraksi sosial hingga dengan penurunan budaya di generasi berikutnya.

Pengertian Imitasi Menurut Para Ahli

1. Menurut Sasmita

Imitasi merupakan proses sosial yang dilakukan seseorang untuk meniru gaya hidup, sikap dan bahkan semua yang dimiliki seseorang yang dijadikan panutan.

2. Menurut Gerungan

Imitasi merupakan tindakan yang dilakukan dengan cara mengikuti perilaku orang lain ketika menjalani kehidupan di lingkungan sosial.

3. Menurut Asep Mulyana

Imitasi diartikan sebagai perilaku yang dilakukan dengan cara meniru tingkah laku seseorng yang lebih fisikal sehingga bisa berdampak negatif ketika dilakukan terlalu berlebihan.

Kajian Psikologi Tentang Imitasi

Imitasi harus dibedakan dengan peniruan gerakan yang sama saja atau mimikri atau peniruan tujuan atau emulasi. Namun, di proses imitasi, manusia melakukan prinsip peniruan sebuah aksi dengan memahami tujuan aksi serta diarahkan pencapaian target tujuan atau goal.

Imitasi juga sering dihubungkan dengan teori belajar sosial dari Albert Bandura. Dengan imitasi, dikatakan jika anak akan membentuk teori pemikirannya lewat imitasi pada aksi orang lain atau persepsi pada rangsangan yang diterima dari lingkungan.

Kajian Neurosains Tentang Imitasi

Dengan ditemukannya mirror neuron system atau sistem saraf cermin di monyet jenis macaque yang dipublikasikan tahun 1996 dari Glacomo Rizzolati memberikan bukti neurologis jika imitasi sangatlah penting.

Sistem saraf cermin merupakan saraf manusia dan hewan yang menyala ketika melakukan aksi atau menyaksikan aksi yang sama dilakukan manusia atau hewan lain.

Sistem saraf cermin atau SSC ada di bagian precortex otak. SSC tersebut akan membantu untuk memahami tindakan yang dilakukan orang lain. Dengan begitu, akan memungkinkan untuk diimitasi.

Syarat Terjadinya Imitasi

Imitasi di dalam kehidupan umumnya dilatarbelakangi oleh beberapa faktor dan berikut diantaranya:

1. Ada Minat dan Perhatian

Syarat pertama terjadinya imitasi adalah terdapat minat serta perhatian cukup besar pada hal yang akan ditiru. Diakui atau tidak di dalam pergaulan anak yang tumbuh dewasa biasanya tidak lepas dari imitasi atau peniruan.

Bahkan untuk yang paling dekat dalam keluarga, pada saat seseorang lahir sudah mengidolakan sosok ayah atau ibu yang dianggap bertanggung jawab. Dengan begitu, semua yang dilakukan ayah atau ibu akan ditiru.

2. Sikap Mengagumi Hal yang Diimitasi

Ini berhubungan dengan rasa kagum pada apa yang dijadikan rutinitas yang tidak dapat ditinggalkan. Contohnya sikap kecintaan akan kebudayaan K-pop, maka terkadang akan menyamakan dengan tokoh tertentu yang membuat seseorang sampai membeli pakaian yang sama.

3. Hal yang Ditiru Memiliki Penghargaan Sosial Tinggi

Faktor imitasi yang paling terlihat adalah mau memeroleh penghargaan yang sama seperti seseorang yang ditiru. Ini kemudian memberi motivasi untuk mengikuti jejak tokoh yang diidolakan tersebut karena berharap memiliki nasib yang sama.

Faktor Penyebab Imitasi

1. Interaksi Sosial

Faktor utama dari penyebab imitasi adalah interaksi sosial. Jika interaksi dilakukan semakin baik, maka kemungkinan terjadinya imitasi juga semakin besar.

Seseorang yang berpengaruh pada masyarakat juga bisa mendorong orang lain supaya bisa melakukan perbuatan imitasi. Ini disebabkan karena keinginan memperoleh posisi yang sama merupakan hal yang manusiawi.

2. Sikap Terbuka

Faktor kedua dari imitasi adalah sikap terbuka, menerima dan mengagumi. Ini bernilai sama seperti adanya minat dan perhatian.

Pada saat beberapa sikap tersebut muncul di sesuatu atau seseorang, maka kecenderungan untuk melakukan imitasi semakin sulit dicegah. Namun, sayangnya masalah bisa terjadi untuk proses imitasi yang berdampak negatif.

Dampak Imitasi

Seluruh proses imitasi akan berdampak pada seseorang atau masyarakat secara menyeluruh. Dampak tersebut tergantung dari seseorang atau sesuatu ketika sedang diimitasi, apakah menimbulkan dampak positif atau negatif.

Dampak positif bisa terjadi pada saat imitasi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal yang baik. Contohnya mematuhi norma yang ada di masyarakat.

Sementara dampak negatif dari imitasi adalah mendorong anak untuk melakukan sesuatu hal yang buruk. Contohnya seperti muncul perasaan rendah diri sebabkhawatir tidak bisa mengikuti seseorang yang sedang ditiru.

Imitasi juga bisa menyebabkan seseorang tidak kreatif. Akan tetapi sebalinya, jika seseorang bisa kritis pada seseorang atau sesuatu yang diimitasi, maka bisa terhindar dari dampak negatif imitasi tersebut.

Contoh Imitasi

Sebenarnya, ada cukup banyak contoh dari imitasi di kehidupan sehari-hari dan berikut beberapa diantaranya:

1. Siswa yang Meniru Selebritis

Siswa yang ada di lembaga pendidikan berusaha untuk meniru penampilan dari selebritis di TV. Contohnya meniru rambut yang gondrong, menggunakan anting, menggunakan gelang serta kalung terlalu berlebihan.

Tindakan imitasi seperti ini tentunya bisa mengundang reaksi masyarakat yang menilai jika penampilan tersebut terlihat urakan atau tidak sopan.

2. Balita Mengucapkan Kata yang Diajarkan Orangtua

Seorang balita yang mulai mengucapkan kata yang diajari orang tuanya juga merupakan contoh imitasi. Imitasi seperti ini biasanya terjadi di dalam keluarga terutama dilakukan orang tua.

Ini disebabkan karena pendidikan pertama yang didapatkan anak berasal dari keluarga sebelum masuk ke kehidupan kelompok sosial dan masyarakat.

3. Ingin Menjadi Wirausaha

Contoh lain dari imitasi adalah seseorang yang memiliki modal dan ingin menjadi seorang pengusaha. Ini didapatkan karena seseorang melihat ada wirausaha lain yang sukses dengan pekerjaan tersebut.

Contoh imitasi ini adalah imitasi positif karena bisa menambah wawasan atau pekajaran pada manusia supaya bisa hidup mandiri.

4. Memiliki Perilaku Seks Menyimpang

Contoh imitasi berikutnya yang negatif adalah seseorang yang memiliki perilaku seks menyimpang. Contohnya seperti lesbian, homoseksual dan sebagainya.

Ini termasuk dalam imitasi pada pola kebudayaan asing yang tentu tidak akan sesuai dengan norma dan nilai sosial masyarakat Indonesia.

5. Mahasiswa yang Tampil Seperti Michael Jackson

Seorang mahasiswa di Jawa Barat tampil di atas pentas bergaya Michael Jackson juga menjadi contoh dari imitasi. Hal yang dilakukan orang tersebut didasari faktor imitasi pada interaksi sosial.

6. Memasak Dengn Resep Ibu

Seorang anak pandai memasak ayam goreng karen sebelumnya telah diajari oleh sang ibu. Ini juga menjadi contoh imitasi yang banyak ditemukan dalam kegiatan harian.

Sumber Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Imitasi
https://saintif.com/imitasi-adalah/
https://dosensosiologi.com/pengertian-imitasi-dan-contohnya-lengkap/
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-imitasi.html
https://www.sosial79.com/2021/01/pengertian-imitasi-syarat-faktor-contoh.html

Leave a Comment