Pengertian Konflik : Teori, Penyebab, Jenis, Akibat, Contoh Dampak Positif dan Negatif

Secara estimologi, konflik diambil dari kata kerja berbahasa Latin yakni “Con” yang berarti bersama serta “Fligere” yang berarti bertabrakan atau benturan. Bisa dikatakan jika konflik adalah fenomena atau peristiwa sosial yang membuat pertentangan atau pertikaian terjadi baik antar individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok serta kelompok dengan pemerintah.

Pengertian Konflik Secara Umum

Konflik diambil dari bahasa Latin yakni Configure yang berarti saling memukul. Jika dilihat dari segi sosiologis, konflik berarti proses sosial yang terjadi antar 2 individu atau lebih dan bisa juga terjadi dengan kelompok. Satu pihak nantinya akan berusaha untuk menyingkirkan pihak yang lain dengan cara membuatnya tidak berdaya atau menghancurkan.

Konflik dilatarbelakangi karena perbedaan ciri yang ada pada individu dalam sebuah interaksi. Beberapa perbedaan tersebut diantaranya adalah berhubungan dengan kepandaian, ciri fisik, adat istiadat, pengetahuan, keyakinan dan lain sebagainya.

Konflik sendiri bertentangan dengan integrasi. Konflik serta integrasi akan berjalan dalam sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol nantinya bisa menghasilkan integrasi. Sedangkan integrasi yang tidak sempurna bisa menghasilkan konflik.

Pengertian Konflik Menurut Para Ahli

1. Menurut Stephen W. Robbin

Ia mengatakan jika konflik yang terjadi pada organisasi dinamakan dengan The Conflict Paradoks. Ini adalah pandangan dari sisi konflik yang dianggap bisa meningkatkan kinerja kelompok. Namun dari sisi berbeda, kebanyakan organisasi serta kelompok akan berusaha mengurangi konflik. Pandangan tersebut dibagi kembali menjadi 3 bagian, yakni:

  • Pandangan Tradisional

Dalam pandangan ini dinyatakan jika konflik merupakan hal buruk, negatif, merugikan dan harus dihindari. Konflik disamakan dengan istilah kekerasan atau violence, kerusakan atau destruction serta tidak rasional atau irrationality.

Konflik adalah sebuah hasil disfungsional karena kurang kepercayaan, komunikasi yang buruk, keterbukaan antara setiap individu serta kegagalan manajer untuk tanggap pada kebutuhan serta aspirasi karyawan.

  • Pandangan Hubungan Manusia

Dalam pandangan ini dinyatakan jika konflik adalah peristiwa yang wajar terjadi dalam organisasi atau kelompok. Konflik dianggap sesuatu yang tidak bisa dihindari sebab dalam organisasi atau kelompok pastinya akan terjadi perbedaan pendapat dan pandangan antar individu.

Untuk itulah, konflik harus dijadikan hal yang bermanfaat untuk mendorong peningkatan kinerja dari suatu organisasi. Bisa dikatakan jika konflik harus bisa dijadikan motivasi untuk menghasilkan perubahan atau inovasi pada badan organisasi atau kelompok.

  • Pandangan Interaksionis

Pandangan ini lebih mendorong sebuah organisasi atau kelompok supaya konflik bisa terjadi. Ini disebabkan krena organisasi harus bisa tenang, kooperatif, damai serta serasi cenderung apatis, statis, tidak aspiratif serta tidak inovatif.

Untuk itu, dalam pandangan ini beranggapan jika konflik harus dipertahankan di tingkat minimum secara berkelanjutan supaya setiap anggota dalam kelompok bisa tetap kritis, semangat serta kreatif.

2. Menurut Stoner dan Freeman

Stoner dan juga Freeman membagi pandangan mereka tentang konflik menjadi 2 bagian yakni tradisional serta modern:

  • Pandangan Tradisional

Menganggap konflik bisa dihindari karena bisa mengacaukan organisasi serta mencegah tujuan yang maksimal tercapai. Agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal, maka konflik harus bisa dihilangkan.

Umumnya konflik terjadi karena kesalahan manajer ketika merancang serta memimpin sebuah organisasi. Karena kesalahan tersebut, manajer sebagai pihak manajemen memiliki tugas untuk mengurangi konflik tersebut.

  • Pandangan Modern

Dalam pandangan modern beranggapan jika konflik bisa dihindari. Ini disebabkan karena banyak faktor seperti perbedaan tujuan, struktur organisasi, nilai-nilai, persepsi dan lainnya.

Dalam pandangan ini beranggapan jika konflik bisa mengurangi kinerja organisasi di banyak tingkatan. Apabila konflik terjadi, maka manajer sebagai pihak manajemen harus bisa mengelola konflik sehingga kinerja yang maksimal bisa diciptakan untuk mencapai tujuan bersama.

3. Menurut Pendapat Lewis A. Coser

Dalam tulisannya berjudul “The Functions of Social Conflict” mengatakan jika konflik adalah perebutan nilai serta klaim states, kekuasaan serta sumber daya langka dimana tujuan lawan adalah menetralkan, melukai atau melumpuhkan pihak yang sedang menjadi lawan.

Ia juga berpendapat jika konflik adalah proses bersifat instrumental antara kelompok yang bisa melindungi serta memperkuat identitas kelompok sehingga tidak melebur dengan dunia sosial di sekelilingnya.

Jika dalam kelompok tidak terjadi konflik, maka menunjukkan integrasi kelompok yang lemah dengan masyarakat. Ia menganggap jika konflik tidak dapat dipandang hanya dalam pandangan negatif. Ini disebabkan karena konflik sebetulnya merupakan hal normal yang bisa membantu memperkuat struktur sosial.

Untuk itulah, ia menolak pandangan yang menyatakan jika dengan tidak ada konflik yang terjadi dalam kelompok dijadikan sebagai indikator kekuatan serta kestabilan dari sebuah hubungan.

4. Menurut Robert Lawang

Menurutnya, konflik dapat diartikan sebagai benturan kekuatan serta kepentingan antar kelompok saat proses perebutan sumber kemasyarakatan seperti politik, ekonomi, budaya dan sosial yang relatif terbatas.

Ia menganggap jika konflik juga bisa diartikan menjadi bentuk perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan, status, nilai dan lainnya. Tujuan dari konflik tersebut tidak hanya untuk mendapatkan keuntungan namun juga menundukkan lawan.

Konflik bisa terjadi akibat interaksi yang disebut dengan komunikasi. Ini dimaksudkan ketika seseorang ingin mengetahui konflik yang berarti orang tersebut harus mengetahui kemampuan serta perilaku komunikasi. Seluruh konflik mengandung komunikasi, akan tetapi tidak semua konlik berakar dari komunikasi yang buruk.

5. Menurut Pendapat Ahli Lainnya

  • Soerjono Soekanto: Ia mendefinisikan konflik sebagai proses pencapaian tujuan dengan melemahkan pihak lawan tanpa memperhatikan nilai serta norma yang berlaku.
  • Paul Conn: Menurutnya, konflik adalah aktivitas yang berguna untuk mempengaruhi proses pembentukan serta pelaksanaan kebijakan sebagai usaha untuk memperoleh atau mempertahankan nilai.
  • Nurdjana: Ia berpendapat jika konflik merupakan akibat dari situasi dimana kehendak atau keinginan yang berbeda atau berlawanan antar satu dengan yang lain sehingga salah satu atau bahkan keduanya saling terganggu.
  • Kilman dan Thomas: Mereka berpendapat jika konflik adalah kondisi ketidak cocokkan antar tujuan atau nilai yang mau dicapai baik dari diri individu atau hubungan dengan orang lain.
  • Stoner: Ia mengartikan konflik sebagai pertentangan atau persaingan antar beberapa pihak yang tidak cocok antara satu dengan yang lainnya serta perilaku atau kondisi yang saling bertentangan.

Teori Konflik

Terdapat 3 teori yang paling menonkol di dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz mengenai primodialisme dan yang kedua adalah teori konflik Karl. Marx mengenai pertenangan kelas. Sedangkan yang ketiga adalah teori konflik James Scott mengenai Patron Klien.

Penyebab Terjadinya Konflik

Konflik bisa terjadi karena beberapa hal di dalam kehidupan bermasayarakat. Beberapa penyebab konflik tersebut diantaranya adalah:

1. Terjadi Perbedaan Antar Individu

Perbedaan yang terjadi antar individu bisa berbentuk perbedaan pendirian, perasaan atau pendapat. Ini disebabkan karena setiap individu tidak pernah memiliki kesamaan yang pasti. Perbedaan perasaan serta kebiasaan bisa menyebabkan amarah dan kebencian sebagai awal dari terjadinya konflik.

Contohnya seperti ketika ada pentas musik dalam lingkungan pemukiman, maka perasaan yang ditimbulkan setiap warga akan beragam. Ada sebagian yang merasa terganggu karena gaduh dan ada yang merasa senang karena terhibur.

2. Terjadi Perbedaan Kebudayaan

Semua daerah mempunyai kebudayaan berbeda seperti tata sikap dan perilaku. Konflik dapat terjadi akibat perbedaan tata sikap serta perilaku sosial. Apabila tidak diperoleh titik temu atau kesepakatan, maka konflik bisa meluas.

3. Terjadi Perbedaan Kebudayaan yang Identik Dengan Daerah Berbeda

Seseorang yang berasal dari daerah sama bisa saja mempunyai kebudayaan berbeda. Ini disebabkan karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkan seseorang tidak sama dengan yang lainnya. Perbedaan latar belakang kebudayaan tersebut yang nantinya bisa membentuk pribadi yang berbeda.

4. Terjadi Perbedaan Kepentingan

Perbedaan kepentingan juga dapat menyebabkan konflik sosial terjadi. Ini disebabkan karena sifatnya yang esensial untuk kelangsungan hidup. Pada saat seseorang bisa memenuhi kepentingannya, maka akan merasa puas.

Namun jika seseorang mengalami kegagalan untuk memenuhi kepentingannya, maka bisa menyebabkan masalah untuk diri sendiri atau lingkungan.

5. Terjadi Perubahan yang Terlalu Cepat

Konflik sosial bisa terjadi karena dampak revolusi atau perubahan sosial yang terjadi terlalu cepat di masyarakat. Konflik merupakan salah satu dari penyebab perubahan sosial yang sangat cepat. Jika revolusi dijadikan sebagai acuan, maka konflik menjadi faktor dari penggerak revolusi.

Revolusi umumnya diawali dengan gelombang aksi demonstrasi yang dilakukan sekumpulan orang. Perubahan yang terjadi dengan cepat dan mendadak bisa menyebabkan guncangan di masyarakat.

Jenis-jenis Konflik

Menurut Dahrendorf, konflik bisa dibedakan menjadi 7 jenis seperti berikut ini:

  • Konflik  antara atau di dalam peran sosial seperti peranan dalam keluarga atau profesi.
  • Konflik antar kelompok sosial seperti antar kelompok atau antar keluarga.
  • Konflik kelompok terorganisir serta tidak terorganisir.
  • Konflik antar satuan nasional seperti perang saudara atau kampanye.
  • Konflik antar agama atau sesama agama.
  • Konflik antar politik.
  • Konflik antar individu dengan kelompok.

Ada juga beberapa macam konflik yang bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis, seperti:

  • Konflik berdasarkan pihak yang terlibat di dalamnya.
  • Konflik dalam diri sendiri yang terjadi karena memilih tujuan untuk saling bertentangan atau karena tuntutan tugas yang terlalu banyak.
  • Konflik antar individu yang terjadi karena perbedaan kepribadian antar individu.
  • Konflik antar individu serta kelompok di dalam organisasi yang sama yang terjadi akibat setiap kelompok punya tujuan berbeda yang mau dicapai.
  • Konflik antar organisasi yang terjadi akibat tindakan dari anggota organisasi yang menyebabkan dampak negatif untuk anggota dari organisasi lainnya.
  • Konflik antar individu di dalam organisasi yang berbeda yang terjadi akibat perilaku atau sikap anggota organisasi yang berdampak negatif untuk anggota dari organisasi lainnya.

1. Jenis Konflik Berdasarkan Fungsinya

  • Konflik konstruktif: Konflik yang mengandung nilai positif untuk pengembangan organisasi.
  • Konflik destruktif: Konflik yang memberikan dampak negatif untuk pengembangan organisasi.

2. Jenis Konflik Berdasarkan Posisi Dalam Struktur Organisasi

  • Konflik vertikal: Konflik yang terjadi antar karyawan yang berbeda jabatan di dalam organisasi.
  • Konflik horizontal: Konflik yang terjadi akibat punya jabatan atau kedudukan sama atau setingkat di dalam organisasi.
  • Konflik garis staf: Konflik yang terjadi pada karyawan yang memegang posisi komando dengan jabatan staf sebagai penasehat di dalam organisasi.
  • Konflik peran: Konflik yang terjadi akibat seseorang punya peran lebih dari satu.

3. Jenis Konflik Berdasarkan Dampak yang Terjadi

  • Konflik fungsional: Konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang bisa dikelola serta dikendalikan dengan baik.
  • Konflik infungsional: Konflik yang dampaknya bisa merugikan orang lain.

4. Jenis Konflik Berdasarkan Sumber Konflik

  • Konflik tujuan: Konflik yang terjadi karena perbedaan individu, kelompok atau organisasi yang mengakibatkan konflik.
  • Konflik peranan: Konflik yang terjadi akibat ada peran lebih satu.
  • Konflik nilai: Konflik yang terjadi akibat perbedaan nilai yang dianut seseorang berbeda dengan nilai yang dianut kelompok atau organisasi.
  • Konflik kebijakan: Konflik yang terjadi karena seseorang atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil organisasi.

5. Jenis Konflik Berdasarkan Bentuknya

  • Konflik realistis: Konflik yang terjadi akibat kekecewaan sesorang atau kelompok atas tuntutannya.
  • Konflik nonrealistif: Konflik yang bisa terjadi akibat kebutuhan yang bisa meredakan ketegangan.

6. Jenis Konflik Berdasarkan Lokasinya

  • Konflik in group: Konflik yang terjadi di dalam kelompok atau masyarakat itu sendiri.
  • Konflik out group: Konflik yang terjadi antara kelompok atau masyarakat dengan kelompok atau masyarakat lainnya.

Akibat dari Konflik

  • Bisa meningkatkan solidaritas sesama kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lainnya.
  • Terjadi keretakan hubungan di antara kelompok yang sedang bertikai.
  • Perubahan kepribadian untuk individu seperti timbul rasa benci, denda, saling curiga dan lain sebagainya.
  • Kerusakan pada harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • Dominasi atau bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik.

Pakar teori sudah mengklaim jika beberapa pihak yang sedang mengalami konflik bisa menghasilkan respon pada konflik menurut skema dua dimensi, pengertian pada hasil tujuan serta pengertian pada hasil tujuan pihak lainnya. Skema tersebut kemudian menghasilkan hipotesis seperti:

  • Pengertian tinggi untuk hasil kedua belah pihak yang akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang paling baik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk menenangkan konflik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan kemenangan konflik untuk pihak tersebut.
  • Tidak ada pengertian untuk kedua pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik.

Dampak Positif dari Konflik

Beberapa orang ahli sosiologi yakni Hernandez, Jorgensen serta Parsons mengatakan jika konflik sosial bisa memberikan manfaat untuk masyarakat dan berikut beberapa diantaranya:

  • Menimbulkan harapan dan isu yang terpendam yang bisa menjadi katalisator perubahan sosial.
  • Untuk memperjelas norma serta tujuan dari kelompok.
  • Memunculkan pribadi atau mental masyarakat yang tahan uji ketika menghadapi tantangan serta masalah sehingga dapat mendewasakan masyarakat.

Dampak Negatif Konflik

Selain bisa memberikan dampak positif, konflik juga dapat bersifat destruktif untuk keutuhan kelompok serta integrasi sosial di skala yang lebih luas seperti sosial yang tidak damai. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari konflik sosial:

  • Membuat persatuan kelompok menjadi retak. Jika terjadi maka akan menyebabkan pertentangan anggota dalam sebuah kelompok.
  • Merubah kepribadian seseorang. Pertentangan yang terjadi di dalam kelompok atau antar kelompok bisa mengakibatkan seseorang menjadi tertekan dan mental menjadi tersiksa.
  • Pihak yang lebih kuat akan mendominasi, sedangkan pihak yang lemak akan ditaklukkan. Ini menyebabkan kekuasaan otoritas di dalam politik atau monopoli di dalam ekonomi.
  • Terjadi banyak kerugian baik dalam bentuk jiwa, harta benda serta mental bangsa yang kemudian menjurus ke tatanan sosial yang tidak teratur.

Contoh Konflik

  • Konflik Vietnam yang kemudian berubah menjadi perang.
  • Konflik Timur Tengah yakni contoh konflik yang tidak bisa dikontrol sehingga menyebabkan kekerasan.
  • Konflik Katolik dan Protestan di irlandia Utara
Sumber Referensi

https://id.wikipedia.org/wiki/Konflik
https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/pengertian-konflik-dan-apa-yang-melatarbelakanginya-4139/
https://kumparan.com/berita-update/pengertian-konflik-jenis-penyebab-dan-dampaknya-1w8NKSoAyHL
https://elearning.menlhk.go.id/pluginfile.php/849/mod_resource/content/1/pengertian_konflik.htmlhttps://www.merdeka.com/sumut/macam-macam-konflik-pengertian-penyebab-dan-contohnya-kln.html
https://hot.liputan6.com/read/4559610/20-macam-macam-konflik-lengkap-beserta-penjelasan-dan-contohnya-di-masyarakat

Leave a Comment