Pengertian Zooplankton : Klasifikasi, Adaptasi, Reproduksi dan Peran Dalam Ekosistem Perairan

Pengertian Zooplankton

Zooplankton berasal dari dua akar kata yaitu “zoo” artinya hewan dan “plankton” artinya pengembara. Istilah Plankton mengacu pada organisme laut, sangat halus beurukuran sentimeter sampai ukuran mikron. Plankton secara pasif bergerak mengambang di air laut sehingga disebut juga pengembara atau drifter. Zooplankton adalah plankton bersifat hewani, bergerak mengambang mengikuti arus baik di laut, samudra, maupun sungai. Daya renangnya sangat terbatas sehingga pergerakannya sangat dipengaruhi oleh arus yang membawanya. Jumlah zooplankton yang sangat melimpah di ekosistem perairan membuatnya dikenal juga dengan sebutan serangga laut yang heterogen (bentuk dan jenis beragam). Berdasarkan tahap perkembangannya, zooplankton terbagi menjadi dua kategori yaitu holoplankton dan meroplankton. Holoplankton akan tetap menjadi plankton selama siklus hidupnya. Beberapa contoh holoplankton yaitu pteropoda, chaetognath, larvacea, siphonophores dan copepoda. Sedangkan meroplankton memulai siklus hidupnya sebagai plankton lalu berubah menjadi telur atau larva ikan, cacing, crustasea dan echinodermata.

Klasifikasi Zooplankton

Klasifikasi Zooplankton

Zooplankton dapat diklasifikasikan ke dalam filum hewan antara lain filum protozoa, cnadaria, ctenophora, annelida, crustacea, mollusca, echinodermata dan chordata.

  1. Filum protozoa: paling banyak jenis Nocticula miliaris yang memiliki flagel dan diameter tubuh sekitar 200-1200 µm. Jenis cilliata dapat hidup bebas di air tawar dan hanya beberapa golongan yang hidup di laut. Jenis rhizopoda adalah zooplankton yang dapat hidup di air tawar dan air laut. Bentuk kaki seperti akar-akar rambut menjadi ciri-ciri rhizopoda. 
  2. Filum rotifera: memiliki ciri-ciri silia seperti mahkota di sekitar mulutnya. Makanan akan masuk ke mulut dengan melibatkan arus air yang diputar dengan gerakan koronal oleh mulut rotifera. Mikroorganisme ini memiliki saluran digestif lengkap dari mulut sampai anus. Kepalanya memiliki organ sensorik berisi dua lobus otak dan mata kecil di sekitar korona. Ukurannya hanya sekitar 200–500 µm. 
  3. Filum Cnidaria: terdiri dari klas hydrozoa yang masih serupa dengan spesies ubur-ubur kecil. Memiliki lapisan mesoglia dengan tekstur seperti gelatin, lapisan ini menjadi sekat untuk memisahkan bagian eksternal dan internal Cnidaria. Bentuk pertahanan diri paling penting dari cnidaria adalah sel penyengat yang dapat melumpuhkan predator.
  4. Filum Ctenophora: memiliki ciri tentakel yang lengket dengan mulut yang besar. Ctenophora termasuk karnivor. Deretan silia membantunya bergerak di dalam air.
  5. Filum Annelida: kebanyakan hidup sebagai meroplankton di laut. Larva annelida berbentuk bulat atau oval jika baru keluar dari telurnya. Larve annelida memiliki silia dan memiliki traktus digestivus agar dapat memakan nanoplankton dan detritus halus di lautan.
  6. Filum Anthropoda: klas crustacea merupakan bagian terpenting dari kehidupan makhluk akuatik baik di perairan air tawar maupun air laut. crustacea memiliki sel yang terdiri dari kitin atau kapur, yang menjadikannya sulit dicerna. Subklas terpenting dari crustacea adalah copepoda. Cepopeda berukuran kecil dengan dua antena untuk mencegah cepopeda tenggelam.
  7. Filum molusca: terbagi menjadi dua yaitu pteropoda sebagai herbivora dan heteropoda sebagai karnivora. Pteropoda memiliki alat gerak seperi sayap yang dikibaskan untuk bergerak. Cangkangnya sangat tipis dan lembut, terbuat dari kalsium karbonat berguna sebagai pelindung. Sedangkan heteropoda memiliki ciri tubuh seperti agar-agar transparan menyerupai siput.
  8. Filum echinodermata: dari klas asteroidea memiliki ciri-ciri silia bergelombang, memiliki mulut dan saluran digestive di sekitar silianya.
  9. Filum chordata: kelas thaliacea memiliki bentuk seperti tong dengan lubang inhalasi pada bagian anterior. Sedangkan klas copelata memiliki bentuk tubuh seperti telur dengan buntut yang panjang dari bagian sentralnya.

Ukuran Zooplanton

Zooplanton dapat juga diklasifikasikan berdasarkan ukurannya dan usia planktoniknya

  1. Microplankton     :  organisme berukuran 2-20 µm contohnya copepods
  2. Mesoplankton     : organisme berukuran 200µm-2mm contohnya larva crustacea
  3. Macroplankton : organisme berukuran 2-20 mm contohnya antropoda
  4. Micronecton : organisme berukuran 20-200 mm meliputi beberapa antropoda dan caphalopoda
  5. Megalopnakton : organisme berukuran lebih dari 200 mm, termasuk hydrozoa
  6. Holoplankton : organisme yang memiliki sifat planktonik sepanjang hidupnya seperti copepoda
  7. Meroplankton : organisme yang memiliki sifat planktonik pada awal siklus hidupnya dan berubah menjadi biota akuatik lainnya

Mekanisme Adaptasi Zooplankton

Mekanisme Adaptasi Zooplankton

Kelangsungan hidup organisme dipertahankan oleh berbagai macam mekanisme, salah satunya dengan melakukan adaptasi. Adaptasi merupakan salah satu ciri makhluk hidup untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Zooplankton tidak lepas dari mekanisme bertahan hidup ini, salah satunya dengan melakukan adaptasi morfologi. Zooplankton menyesuaikan bentuk dan struktur tubuhnya agar mampu bertahan mengambang di perairan. Adaptasi morfologi yang terjadi termasuk struktur tubuhnya yang pipih, lateral spine, droplet tubuh berupa minyak, selubung bersifat gel-like surface atau permukaan seperti agar-agar. Tubuh pipih dan duri berguna agar tubuhnya tidak tenggelam dengan meningkatkan luas permukaan dan memperkecil volume tubuhnya. Sebagian zooplankton menghindari predator dengan morfologi tubuh yang transparan saat mendekati permukaan air. Sebagian hidup sebagai karnivora di dasar laut, dengan tubuh berwarna merah gelap untuk menghindari predator, ada juga yang memiliki pertahanan diri berupa cyclomorphosis yaitu menambahkan duri dan selubung pelindung saat predator medekat.

Siklus Reproduksi Zooplankton

Mekanisme bertahan hidup lainnya adalah berkembang biak untuk melanjutkan keuturunan. Mekanisme reproduksi yang ditemukan pada organisme planktonik sangat beragam. Beberapa zooplankton dapat melakukan reproduksi seksual. Pada rotifera jantan yang memiliki ukuran tubuh lebih kecil dari pada betina karena rotifera jantan hanya memiliki organ reproduksi saja selama hidupnya. Sedangkan betina terbagi menjadi dua jenis yaitu betina miktik dan betina amiktik. Betina amiktik dapat menghasilkan telur betina miktik atau betina amiktik, tergantung pada perubahan suhu air dan perubahan lingkungan. Namun, hanya betina miktik yang mampu menghasilakn telur jantan.  Mekanisme reproduksi seksual dimulai ketika rotifera jantan melepaskan sperma ke air, sperma akan masuk melalui dinding tubuh betina dan terjadi fertilisasi telur. Telur akan dorman pada kondisi perairan yang buruk dan akan menetas jika lingkungan perairan sudah normal kembali. Rotifera jantan yang telah menetas dan melakukan perkawinan kemudian akan mati. Rotifera jantan yang tidak menemukan rotifera betina akan mati dalam 2-7 hari setelah menetas. Sebagian dari zooplankton juga melakukan reproduksi aseksual, umumnya dengan melakukan pembelahan biner dari satu sel kemudian terbagi menjadi dua anakan misalnya pada protozoa.

Siklus Reproduksi Zooplankton

Pola Migrasi Zooplankton

Zooplankton berukuran mikroskopis cenderung mendekat kepermukaan air di siang hari untuk memakan fitoplankton. Meskipun ukurannya sangat kecil secara individual tetapi sangat mudah mengumpulkannya menggunakan jaring dan dapat diamati langsung di bawah mikroskop. Sebagian dari zooplankton memiliki badan transparan dengan tekstur tubuh seperti agar-agar sehingga sulit dilihat oleh saat mendekati permukaan air di siang hari. Beberapa zooplankton dengan ukuran yang lebih besar, bermigrasi ke permukaan air saat malam hari, mereka bergerak secara vertikal mengandalkan arus air menggunakan kaki, ekor ataupun silia. Beberapa hanya hidup di laut dalam dan tidak pernah naik ke permukaan. Pola migrasinya berbeda-beda tergantung rentang umur, musim atau paparan cahaya. Zooplankton mengambang pada kedalaman laut yang lebih rendah untuk mengurangi risiko mereka terlihat oleh predator sehingga mereka dapat menghemat energi dan aktif di malam hari.

Zooplankton dalam Rantai Makanan

Peran zooplankton dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem laut sangatlah penting. Zooplankton membentuk tingkatan dasar rantai makanan untuk biota akuatik dengan tingkatan yang lebih tinggi seperti ikan dan udang. Sumber makanan zooplankton adalah bakterioplankton, fitoplankton dan detritus halus, itu sebabnya mereka menjadi konsumen primer sekaligus produsen sekunder dalam rantai makanan untuk biota akuatik lainnya.

Peran Zooplankton

Peran Zooplankton dalam Rantai Makanan

1. Sebagai penyubur tanah

Zooplankton seperti protozoa dapat menghasilkan nutrisi dan energi dari algae ke dalam rantai makanan. Protozoa juga berperan penting memasok ketersediaan nitrogen untuk tanaman, algae dan makhluk akuatik lain. Bakteri yang dimakan oleh protozoa mengandung nitrogen yang berlebih sehingga dapat disekresikan oleh protozoa sebagai amonia yang disebut juga dengan proses mineralisasi dan besar pengaruhnya sebagai penyubur tanah. Ini sebabnya zooplankton juga dapat mengendalikan populasi bakteri di perairan.

2. Sumber gizi dan pakan ternak

Zooplankton merupakan sumber protein, asam amino, lemak, mineral dan enzim untuk benih ikan. Kandungan lisin dan metionin sebagai asam amino sangat terbatas pada biota akuatik lain tetapi sangat tinggi kandungannya dalam zooplankton yang berkualitas. Zooplankton menjadi sumber karoten yang mampu meningkatkan rasa, warna dan tekstur ikan yang memakan zooplankton tersebut.  Rotifera dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ikan laut. Karena ukurannya yang kecil, rotifera dapat tumbuh sangat cepat sehingga baik untuk dijadikan pakan ternak. Zooplankton seperti cladocerans kaya akan nutrisi penting, mudah dicerna oleh larva ikan dan dapat meningkatkan kualitas air serta menurunkan kebutuhan pakan buatan.

3. Indikator biologis pencemaran air

Lautan menjadi habitat jutaan mikroorganisme akuatik dan air menjadi kebutuhan primer untuk seluruh umat manusia. Zooplankton dapat meningkatkan kualitas air yang baik untuk itu diperlukan pemahaman yang luas terkait interaksinya terhadap lingkungan. Zooplankton memakan fitoplankton dan akhirnya membentuk sedimentasi di perairan, hal ini membutuhkan waktu  dan cahaya yang cukup. Mengetahui berbagai jenis plankton juga bermanfaat untuk membedakan dengan organisme zooplankton yang toksin atau tidak. Banyak oknum melakukan penyalahgunaan ekosistem laut salah satunya dengan pembuangan limbah organik ke laut lepas. Zooplankton adalah organisme ideal untuk studi pencemaran lingkungan perairan karena rentang hidupnya yang pendek dan distribusinya yang luas sehingga banyak digunakan sebagai indikator biologis terhadap pencemaran lingkungan. Mikroorganisme ini akan menurun secara kuantitas bahkan punah pada lingkungan tercemar atau ditemukan adanya zat organik dalam organisme tersebut sehingga dapat dijadikan indikator biologis terkait jenis zat organik yang mencemari perairan tersebut.

Toksisitas logam berat dapat mencederai ingsang dan struktur tubuh organisme, dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh proses anoxemia, yaitu terganggunya fungsi pernapasan baik fungsi sirkulasi atau fungsi eksresi insang organisme tersebut. Transfer logam berat tersebut dapat dilakukan oleh fitoplankton, zooplankton atau bakteri karena jumlahnya yang berlimpah dan mendominasi perairan. Bakteri yang dimakan plankton dapat merubah merkuri menjadi methyl merkuri. Methyl merkuri yang terbentuk dalam sedimen memiliki sifat tidak stabil, sehingga mudah dilepaskan ke dalam perairan dan mudah berakumulasi oleh biota akuatik lain. Jadi, mari tingkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan dengan mengurangi pembuangan limbah ke lautan agar keseimbangan ekosistem laut tetap terjaga keasriannya dan tidak punah.

Sumber :

Source: Christian sardet. 2013. Plankton. Wonders of drifting world
https://www.marinebio.org/creatures/zooplankton/

Leave a Comment