Mending Deposito atau Reksadana, Pilih Mana ?

Tingginya minat masyarakat terhadap investasi dalam kurun beberapa tahun terakhir, secara tidak langsung menempatkan investasi sebagai komoditas yang sangat penting. Terbukanya akses terhadap informasi, sekaligus tersedianya fasilitas dan sarana, plus prospek mengenai imbal hasil besar dari investasi menjadi nilai tawar yang mendorong lahirnya banyak investor.

Dalam kondisi tersebut, mestinya investor tidak terlalu sulit lagi mengambil keputusan untuk berinvestasi. Tetapi, yang menjadi persoalan kemudian yakni, peminat atau masyarakat pemodal (investor) justru dihadapkan pada banyak pilihan jenis investasi.

Sekarang ini, bahkan sebenarnya juga bukan sesuatu yang baru, instrumen investasi yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari saham, surat berharga, reksadana, tabungan berjangka (deposito), emas hingga properti.

Baca Juga : Pentingnya Investasi di Usia Muda dan Tips Invest Bagi Pemula

Jika secara general kemudian muncul pertanyaan “manakah dari sekian banyak jenis investasi yang paling ideal untuk dilakukan?”. Termasuk pilihan antara tabungan berjangka (deposito) dan reksadana sebagaimana kalimat yang menjadi judul artikel ini, maka klu atau petunjuk yang bisa membantu untuk menjawabnya yakni, kembali pada prinsip investasi. Dari situ kemudian disesuaikan dengan tujuan dan profil risiko si investor saat hendak memulai investasi.

Artikel-artikel terdahulu sempat membahas tentang apa yang menjadi petunjuk tersebut. Namun agar penjelasan dapat lebih fokus, maka kita akan mencari tahu dengan cara membandingkan deposito dan reksadana. Dengan demikian, selamat menyimak bagian selanjutnya.

Pengertian Deposito dan Reksadana

Ada sebuah pendapat mengatakan “ketika hendak membandingkan sesuatu, patutlah melakukannya pada objek yang memang setara atau sama”.  Konon pendapat ini ditujukan agar dari sebuah perbandingan yang dilakukan dapat menghasilkan kesimpulan yang bisa memenuhi atau minimal mendekati objektivitas. Atau apabila perbandingan ditujukan untuk memilih antara objek-objek yang diperbandingkan, setidaknya dapat memutuskan mana yang ter-baik, ter-unggul, ter-bagus maupun “ter-ter” lainnya.

Apakah kamu sudah melakukan seperti apa yang dimaksud oleh pendapat tersebut?. Atau sebenarnya kamu memiliki pandangan yang sama, hanya saja bingung bagaimana cara membandingkannya?. Kalau begitu, berangkatlah dari definisi. Karena hal apapun dapat dengan mudah dipahami setelah kamu mengerti apa definisinya.

Perlu kamu ketahui, pengertian reksadana beserta cara meraih keuntungan dari investasi tersebut telah dibahas dalam artikel terdahulu. Pembahasannya bisa kamu baca di Tips Reksadana Untuk Pemula.

Dengan begitu kamu bisa lebih dulu memfokuskan diri untuk memahami pengertian deposito pada bagian berikut ini, dan pada bagian akhir tinggal menentukan pilihan antara investasi deposito atau reksadana.

Apa Itu Deposito?

Secara harfiah, deposito terbilang sama dengan produk tabungan yang biasanya di tawarkan oleh bank. Bahkan cara membuka rekening deposito relatif sama dengan membuka rekening tabungan biasa. Namun, deposito bersifat spesifik lagi.

Apa-Itu-Deposito

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online, deposito adalah uang yang disimpan dalam rekening. Sebagai produk bank, deposito memiliki jangka waktu penyimpanan tertentu, bisa mingguan, satu, tiga, atau enam bulan, setahun bahkan lima tahun.

Dari pengertian tersebut, maka dana yang tersimpan dalam deposito hanya dapat dicairkan (ditarik) pada saat jangka waktu berakhir atau memasuki jatuh tempo. Jika sebagai nasabah kamu melakukan penarikan sebelum jangka waktu yang ditentukan, bank akan mengenakan penalti atau potongan sesuai dengan kebijakannya.

Baca Juga : Cara Menabung yang Benar Untuk Pelajar

Beberapa bank sebenarnya menyediakan layanan Automatic Roll Over (ARO), yakni sistem yang memperpanjang jangka waktu deposito secara otomatis apabila nasabah belum melakukan penarikan dana setelah jatuh tempo.

Deposito menawarkan imbal hasil (keuntungan) kepada nasabah yang dihitung berdasar tingkat suku bunga. Nilainya lebih besar daripada bunga produk tabungan biasa. Suku bunga deposito berjangka sendiri ditentukan oleh Bank Indonesia.

Semakin besar dana yang didepositkan maka semakin besar pula bunga (imbal hasil) yang bisa diperoleh nasabah. Dan umumnya, semakin panjang jangka waktu deposito maka semakin besar juga imbal hasil yang akan diperoleh nasabah. Itulah alasan mengapa deposito sangat ideal dijadikan sebagai investasi jangka panjang.

Untuk memahami lebih jelas bagaimana seluk-beluk berinvestasi melalui deposito, maka kamu perlu mengetahui jenis-jenisnya. Poin ini akan lebih membuka pandanganmu mengenai jenis deposito mana yang lebih menawarkan kemudahan termasuk pula tetap dapat memberi imbal hasil lebih menguntungkan.

Macam Jenis Deposito

Ada tiga jenis deposito yang perlu kamu perlu kamu ketahui sebelum memutuskan berinvestasi melalui cara ini. Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Deposito Berjangka

Ini merupakan jenis dengan pengertian deposito pada umumnya. Menariknya, deposito berjangka bisa diterbitkan atas nama perorangan ataupun lembaga.

2. Sertifikat Deposito

Sertifikat deposito adalah simpanan dana dalam jangka waktu tertentu disertai dengan sertifikat. Hanya saja sertifikat yang dimaksud tidak mengacu pada nama seseorang atau lembaga tertentu, melainkan ditujukan agar dapat dipindahtangankan sehingga dapat diperjualbelikan. Dengan jenis deposito ini kamu bisa melakukan pencairan bunga di muka atau pada saat jatuh tempo.

3. Deposito On Call

Jika deposito jenis lainnya ditetapkan dalam jangka waktu bulanan, deposito on call justru relatif singkat. Paling cepat jangka waktunya tujuh hari atau paling lama kurang dari 1 bulan.

Untuk perhitungan besaran bunga atau imbal hasil yang bisa diperoleh dari deposito on call bergantung dari negosiasi antara nasabah dengan bank. Sementara pencairan atau penarikannya bisa dilakukan saat jatuh tempo. Dengan catatan, kamu selaku nasabah terlebih dahulu memberitahukannya kepada bank. Namun demikian, deposito on call menuntut penyimpan dana dalam jumlah yang besar.

Risiko Deposito

Bicara soal investasi tentu tak luput mempertimbangkan risiko yang berpotensi muncul. Investasi deposito relatif minim risiko karena hampir semua mekanismenya terukur bahkan hasilnya relatif pasti.

3 Risiko Deposito

Beberapa hal mengenai risiko investasi deposito sempat disinggung pada uraian sebelumnya. Poin paling menonjol tentunya mengenai penalti atau potongan atas pencairan (penarikan) dana maupun bunga sebelum jatuh tempo. Risiko lain dari investasi deposito dijelaskan lebih lengkap pada poin-poin berikut ini.

1. Bunga Tetap

Seperti diketahui, imbal hasil atau keuntungan yang bisa diperoleh dari deposito hanyalah dari tingkat suku bunga yang berlaku dan telah ditentukan ketika kamu hendak menginvestasikan dana. Jadi, kamu tidak dapat mengupayakan keuntungan lebih besar daripada angka yang telah ditentukan.

2. Dana Mengendap Dalam Jangka Panjang

Sebagian besar investor tentu menginginkan imbal hasil yang besar dan bersedia melakukan banyak cara untuk itu. Namun mekanisme perhitungan imbal hasil deposito tidak memberi banyak opsi kepada investor untuk mendapatkan keuntungan lebih. Sehingga langkah yang paling realistis untuk ditempuh investor adalah memperbesar jumlah dana yang didepositokan.

Secara kasat mata, tidak ada permasalahan berarti dengan opsi tersebut. Hanya saja, yang sedikit mengecewakan adalah terlampau besarnya dana mengendap di rekening dalam jangka waktu lama. Padahal, mungkin saja sebagian dana tersebut bisa dimanfaatkan untuk meraih keuntungan dari investasi lainnya, sembari menunggu waktu jatuh tempo.

3. Pajak

Deposito termasuk dalam objek pajak. Dengan demikian bunga (imbal hasil) dari deposito yang kamu peroleh akan lebih dahulu dipotong pajak. Pengenaan pajak ini tentunya akan mengurangi imbal hasil atau keuntungan yang bisa dapatkan.

Meski demikian, masih terdapat kelebihan yang memperkuat persepsi deposito sebagai investasi yang minim risiko. Kelebihan tersebut yakni dana yang tersimpan terjamin aman, sekalipun bank penyedia produk deposito dikemudian hari mengalami kebangkrutan.

Tahukah kamu bahwa lembaga keuangan atau bank telah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)?. Ya, lembaga tersebut akan mencairkan dana, termasuk deposito nasabah dalam bank yang menghadapi masalah dalam bisnis sehingga kemudian dinyatakan bangkrut.  Melalui LPS, dana simpanan nasabah berjumlah hingga Rp2 Miliar dengan suku bunga maksimum 7,5 persen, masih dapat dicairkan.

Pilih Deposito atau Reksadana?

Sampai dengan tahap ini, kamu telah mengetahui definisi, jenis, keuntungan dan risiko dari deposito. Di samping itu, mungkin kamu juga telah membaca pembahasan detil mengenai investasi reksadana pada artikel sebelumnya.

4 Pilih Deposito atau Reksadana

Sebuah perbandingan antara kedua jenis investasi tersebut akan membantu kamu dalam menentukan mana pilihan investasi yang paling ideal. Agar lebih jelas mengenai perbandingan antara deposito dengan reksadana, simak beberapa poin berikut.

1. Reksadana Bisa Dimulai Dengan Modal Minim

Tiap bank menerapkan kebijakan berbeda mengenai setoran awal deposito. Rata-rata nilai minimal setoran awal yakni Rp 5 juta. Dari situ, bunga yang ditawarkan berkisar antara 4 sampai 5 persen per tahun, meski ini juga berlaku berbeda di tiap bank.

Sementara reksadana memiliki jenis dan pilihan yang lebih variatif. Untuk diketahui bahwa terdapat empat jenis (instrumen) investasi reksadana, yakni reksa dana saham, pasar uang, pendapatan tetap, dan dana campuran.

Masing-masing instrumen tentunya menawarkan nilai investasi yang berbeda. Namun, secara umum investasi reksadana dapat dimulai dengan nominal Rp100 ribu perbulan. Bunga atau imbal hasil reksadana di pasar saham contohnya, rata-rata bisa mencapai 12 persen per tahun.

2. Reksadana Bersifat Likuid

Reksadana merupakan investasi yang bersifat likuid. Artinya, pencairan dana atau imbal hasil investasi tidak terikat jangka waktu. Sedangkan penarikan dana maupun imbal hasil deposito terikat oleh jangka waktu.

3. Reksadana Memungkinkan Diversifikasi

Diversifikasi investasi adalah penanaman modal ke berbagai instrumen investasi dengan tujuan mengurangi risiko. Investasi reksadana memungkinkan investor untuk melakukan strategi tersebut.

Manajer investasi umumnya menempatkan dana ke beberapa instrumen seperti reksadana saham, obligasi atau surat berharga lainnya, sehingga cukup aman dari risiko penurunan nilai. Langkah ini juga memperbesar peluang investor untuk mendapat imbal hasil lebih menguntungkan.

Sedangkan investasi melalui deposito, dana atau modal hanya dapat disimpan dalam satu instrumen investasi. Meski nyaris tidak berisiko mengalami penurunan nilai, imbal hasil yang didapatkan juga bersifat tetap.

Reksadana Dikelola Manajer Investasi

Investasi reksadana juga dikelola oleh Manajer Investasi, sehingga tidak terlalu merepotkan investor dalam mengelola investasinya. Sedangkan pada deposito, nasabah sendiri yang menentukan dan mengatur dana investasinya.

5 Reksadana Dikelola Manajer Investasi

Dari beberapa perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ;

  1. Deposito lebih ideal bagi nasabah yang memiliki keuangan stabil dan benar-benar akan menyimpan uangnya dalam waktu lama. Sedangkan reksadana, merupakan investasi untuk semua kalangan masyarakat terutama yang baru ingin memulai investasi dengan modal yang tidak terlalu besar.
  2. Deposito lebih ideal bagi investor dengan profil risiko rendah. Sedangkan reksadana  merupakan investasi bagi investor dengan profil risiko menengah.
  3. Meski demikian, jika kamu lebih memilih berinvestasi melalui reksadana karena lebih praktis dalam pengelolaan dana investasinya, maka patut memperhatikan betul kinerja manajer investasi yang akan dipilih. Pastikan kamu memilih manajer investasi dengan reputasi baik dan diakui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Demikian pembahasan mengenai deposito dan reksadana. Semoga artikel ini dapat membantu kamu dalam menentukan cara investasi yang terbaik di antara kedua pilihan tersebut.

Leave a Comment