kesehatan Archives - Adam Muiz https://adammuiz.com/tag/kesehatan/ Berbagi Artikel Ilmu Pengetahuan Mon, 21 Feb 2022 07:19:04 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.5.2 https://adammuiz.com/wp-content/uploads/2021/05/ICON-152-150x150.png kesehatan Archives - Adam Muiz https://adammuiz.com/tag/kesehatan/ 32 32 Pengertian Autisme – Gejala, Penyebab, Faktor, Diagnosis dan Pengobatan https://adammuiz.com/autisme/ https://adammuiz.com/autisme/#respond Fri, 25 Feb 2022 02:18:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7795 Untuk sekarang ini, autisme lebih dikenal dengan sebutan gangguan spektrum autis atau GSA. GSA ini juga memayungi gangguan perkembangan yang lain dengan karakteristik serupa seperti gangguan perkembangan pervasif atau PPD NOS, sindrom Helller serta sindrom Asperger. Pengertian Autisme Autisme merupakan gangguan fungsi otak serta saraf serius dan kompleks yang mempengaruhi perilaku serta proses berpikir manusia. ... Read more

The post Pengertian Autisme – Gejala, Penyebab, Faktor, Diagnosis dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
Untuk sekarang ini, autisme lebih dikenal dengan sebutan gangguan spektrum autis atau GSA. GSA ini juga memayungi gangguan perkembangan yang lain dengan karakteristik serupa seperti gangguan perkembangan pervasif atau PPD NOS, sindrom Helller serta sindrom Asperger.

Pengertian Autisme

Autisme merupakan gangguan fungsi otak serta saraf serius dan kompleks yang mempengaruhi perilaku serta proses berpikir manusia. Autisme meliputi semua gangguan pada interaksi sosial, keterampilan komunikasi verbal dan non verbal serta perkembangan bahasa.

Gangguan perkembangan ini biasanya mulai terjadi di masa anak-anak yang akan terus bertahan seumur hidup. Autisme cenderung mengalami kesulitan untuk menuangkan pikiran serta mengekspresikan diri baik dengan gerak tubuh, kata-kata, ekspresi wajah serta sentuhan.

Autisme juga kesulitan untuk memahami yang dipikirkan serta dirasakan oleh orang lain. Autisme juga sangat sensitif sehingga mudah terganggu dan bahkan sampai tersakiti karena sentuhan, suara, bau atau pemandangan yang sebenarnya terlihat normal oleh orang lain.

Selain itu, anak dengan autisme juga cenderung melakukan sesuatu secara berulang dan punya ketertarikan yang sempit serta obsesif.

Gejala Autisme Pada Anak-anak

Kelainan neurologis serta perkembangan ini bisa menyebabkan banyak gejala. Semua anak mungkin akan punya gejala yang berbeda dengan tingkat keparahan dari ringan sampai berat.

Namun secara umum, penderita autisme akan menunjukkan beberapa gejala autis, seperti:

  • Tidak memberikan respon pada saat namanya dipanggil.
  • Menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Tidak tersenyum meski orang lain memberikan senyuman.
  • Melakukan gerakan berulang seperti menjentikkan jari, mengepakkan tangan atau mengayunkan tubuh.
  • Sering mengulang frasa atau kata yang sama.
  • Cenderung pendiam dan tidak banyak berbicara seperti yang lainnya.
  • Sulit untuk mengungkapkan perasaan serta mengekspresikan emosi.
  • Punya minat yang tinggi pada suatu kegiatan sehingga terkesan obsesif serta melakukan suatu perilaku secara berulang atau stimming.
  • Suka rutinitas terstruktur dan sama. Apabila rutinitas tersebut terganggu, maka ia akan sangat marah.
  • Susah untuk menjalin pertemanan serta lebih senang menyendiri.
  • Sering menjawab sesuatu yang tidak sesuatu dengan pertanyaan yang diajukan dan bahkan hanya mengulang pertanyaan orang tersebut.

Gejala Autisme Pada Orang Dewasa

  • Susah untuk memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain.
  • Cemas dengan banyak situasi sosial serta kegiatan di luar rutinitas.
  • Susah berteman atau lebih suka menyendiri.
  • Sering berbicara terang-terangan dan kasar serta menghindari kontak mata dengan orang lain.
  • Susah untuk menunjukkan perasaannya pada orang lain.
  • Saat berbicara denga orang, maka posisi tubuhnya akan mendekat atau sebaliknya yakni tidak senang jika orang terlalu dekat dengannya.
  • Teliti pada hal kecil, berpola serta mudah terganggu oleh bau atau suara yang dianggap normal oleh orang lain.

Penyebab Autisme

Sampai saat ini, penyebab dari autisme yang merupakan kelainan neurologi yakni autisme dan juga perkembangannya masih belum diketahui dengan pasti. Akan tetapi para periset mengatakan jika kelainan ini sangat berhubungan dengan faktor genetik serta lingkungan.

Periset menemukan jika sejumlah gen yang kemungkinan berperan dalam autisme ini. Pada tes pencitraan ditemukan jika orang autis punya perkembangan beberapa area otak yang berbeda. Gangguan perkembangan pada otak ini mengakibatkan adanya masalah di kinerja sel otak satu sama lain.

Faktor Risiko

Ada beberapa hal yang bisa meningkatkan faktor risiko seseorang mengalami autisme, seperti:

  • Jenis kelamin: Autisme terjadi 4 kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita.
  • Riwayat keluarga: Keluarga yang punya anak autis kemungkinan juga akan memiliki anak autis kembali.
  • Penyakit lain: Autis cenderung terjadi lebih sering pada anak dengan genetik atau kondisi kromosom tertentu seperti sklerosis tuberous atau sindrom fragile X.
  • Bayi prematur: Autisme lebih sering terjadi pada bayi prematur dengan berat badan rendah. Umumnya, bayi lebih berisiko apabila lahir sebelum 26 minggu.
  • Paparan bahan kimia serta obat tertentu: Paparan logam berat, obat valproic acid atau thalidomide pada janin bisa meningkatkan risiko terjadinya autisme.

Diagnosis Autisme

Sebetulnya, tidak ada tes laboratorium khusus yang dipakai untuk mendiagnosis autis pada anak. Namun, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes pendekatan yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis. Banyak cara yang biasanya akan dilakukan dokter seperti berikut ini:

  • Langkah pertama: Melibatkan skrining perkembangan umum selama anak diperiksa oleh dokter anak ketika masa kanak-kanak. Anak yang memperlihatkan beberapa masalah perkembangan dirujuk untuk evaluasi tambahan.
  • Langkah kedua: Melibatkan evaluasi dari tim dokter serta dokter spesialis yang lainnya. Dalam tahapan ini, anak bisa didiagnosis menderita autisme atau gangguan perkembangan yang lainnya.

Selama kedua proses tersebut, dokter akan mengamati perilaku serta gejala yang dirasakan penderita dengan cara mengajukan pertanyaan pada kedua orangtuanya. Selain itu, dokter juga akan mengamati bagaimana anak berkomunikasi serta berinteraksi.

Dokter akan menguji kemampuan anak serta berbicara, mendengar apa yang dikatakan orang lain. Kemudian, tes pencitraan akan dilakukan untuk menyingkirkan beberapa penyakit atau kondisi.

Pengobatan Autisme

Sebenarnya, tidak ada pengobatan khusus untuk mengatasi autisme. Namun, ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk mengurangi tingkat keparahan gejala serta membuat kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.

Ini sangat penting dilakukan secepat mungkin karena autisme akan mempengaruhi segala aspek kehidupan seperti pendidikan, sosial serta kesejahteraan diri.

Anak yang tidak mendapatkan perawatan yang tepat, maka akan kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain, menjalin pertemanan serta menerima pelajaran di sekolah.

Jika hanya dibiarkan, maka ini akan berpengaruh pada prestasi anak di sekolah, masa depan sampai hubungan dengan orang yang disayangi. Berikut adalah beberapa perawatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan komunikasi serta perilaku anak autisme:

1. Terapi

Terapi okupasi: Terapi okupasi adalah terapi yang mengajarkan banyak keterampilan seperti mandi, makan, berpakaian serta menjalin hubungan dengan orang lain.

Terapi integrasi sensoris: Untuk membantu mengolah informasi dari pemandangan, sentuhan, suara serta bau sehingga tingkat sensitivitas pada beberapa hal tersebut bisa berkurang.

Terapi wicara: Terapi wicara berguna untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi secara verbal atau non verbal.

  • 2. Penggunaan Obat-obatan

Sebenarnya, tidak ada obat-obatan yang bisa menyembuhkan autisme. Namun, ada beberapa jenis obat yang bisa dipakai untuk meringankan gejalanya. Contohnya obat antidepresan yang berguna untuk mengurangi kecemasan, obat untuk membantu meningkatkan konsentrasi atau obat anti kejang.

Namun, beberapa jenis obat ini tidak bisa digunakan sembarangan. Jika digunakan terlalu berlebihan, akan ada efek samping yang ditimbulkan khususnya pada anak-anak.

Perawatan Tambahan Autisme

Untuk meringankan gejala autisme, ada beberapa perawatan tambahan yang kemungkinan akan direkomendasikan. Sebelum mulai dilakukan, maka dokter serta ahli kesehatan yang lain akan mempertimbangkan manfaat yang bisa diperoleh pasien.

Ada beberapa perawatan tambahan yang bisa dilakukan, diantaranya adalah:

  • Terapi nutrisi: Pemenuhan nutrisi tertentu yang diperlukan sekaligus membantu pasien dari kebiasaan makan yang kurang sehat.
  • Chelation: Perawatan khusus untuk menghilangkan logam berat yang ada di dalam tubuh. Namun sayangnya, pengobatan ini cukup berisiko sehingga sebaiknya dipertimbangkan dengan matang lebih dulu.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/autisme
  • https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/gangguan-perkembangan/autisme-adalah-autis/
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme
  • https://ciputrahospital.com/apa-itu-penyakit-autisme/

The post Pengertian Autisme – Gejala, Penyebab, Faktor, Diagnosis dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/autisme/feed/ 0
Pengertian ODGJ – Komplikasi dan Penanganan https://adammuiz.com/orang-dengan-gangguan-jiwa/ https://adammuiz.com/orang-dengan-gangguan-jiwa/#respond Fri, 25 Feb 2022 01:45:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7778 ODGJ atau orang dengan gangguan jiwa biasanya akan menerima diskriminasi dari masyarakat sebab dianggap memiliki perilaku yang menyimpang. Namun sebenarnya ketika diberika penanganan yang tepat, maka ODGJ tidak akan membahayakan atau meresahkan orang lain seperti anggapan selama ini. Pengertian ODGJ ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan jiwa sehingga menyebabkan perubahan pada perasaan, cara berpikir, emosi ... Read more

The post Pengertian ODGJ – Komplikasi dan Penanganan appeared first on Adam Muiz.

]]>
ODGJ atau orang dengan gangguan jiwa biasanya akan menerima diskriminasi dari masyarakat sebab dianggap memiliki perilaku yang menyimpang. Namun sebenarnya ketika diberika penanganan yang tepat, maka ODGJ tidak akan membahayakan atau meresahkan orang lain seperti anggapan selama ini.

Pengertian ODGJ

ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan jiwa sehingga menyebabkan perubahan pada perasaan, cara berpikir, emosi sampai perilaku yang dilakukan sehari-hari. Gejala paling umum yang dialami ODGJ adalah membuat mereka sulit untuk berinteraksi dengan orang lain.

Namun, ada juga ODGJ yang bisa hidup normal dengan terapi atau pengobatan yang dilakukan rutin. Meski begitu, sayangnya banyak ODGJ yang belum mendapatkan penanganan sehingga memperburuk penyakit yang dideritanya.

Informasi yang kurang serta pemahaman tentang penyakit jiwa yang masih sedikit membuat banyak orang memperlakukan ODGJ dengan kurang baik. Bahkan, ada juga ODGJ di Indonesia yang sampai dikurung atau dipasung karena dianggap bisa membahayakan diri sendiri serta orang lain.

Komplikasi yang Sering Dialami ODGJ

Ada banyak jenis penyakit jiwa atau gangguan yang bisa dialami ODGJ dan berikut beberapa diantaranya:

1. Gangguan Kecemasan

Semua orang pasti pernah merasa khawatir dan cemas akibat penyakit tertentu seperti ketika menghadapi ujian. Dalam kondisi normal, rasa cemas bisa hilang sesudah faktor penyebabnya bisa teratasi. Akan tetapi, ini tidak terjadi ODGJ dengan gangguan kecemasan.

Orang yang mengalami gangguan kecemasan biasanya akan terus merasa cemas, gelisah dan sulit mengendalikan perasaan tersebut. Timbulnya perasaan tersebut bisa berbentuk hal yang sepele atau bahkan tidak ada pencetusnya.

Pada saat sedang mengalami gangguan kecemasan, maka ODGJ juga bisa mengalami beberapa gejala lainnya seperti banyak berkeringat, pusing, dada berdebar, susah berkonsentrasi sampai merasa jika ada bahaya yang mengancam.

Jenis-jenis gangguan yang umumnya bisa dialami ODGJ adalah gangguan kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum, fobia dan serangan panik.

2. Gangguan Obsesif Kompulsif atau OCD

ODGJ dengan OCD umumnya akan kesulitan atau bahkan tidak dapat melihat hal yang berantakan atau kotor. Mereka juga punya pikiran atau perasaan yang sulit dibendung pada suatu hal.

Contohnya, ODGJ dengan OCD merasa takut terkena penyakit sehingga membersihkan rumah serta mencuci tangan hingga berulang kali. ODGJ dengan OCD umumnya punya gejala yang parah sehingga kesulitan menjalani aktivitas atau melakukan interaksi dengan orang lain.

3. Post Traumatic Disorder atau PTSD

PTSD merupakan gangguan jiwa yang bisa dialami sesudah seseorang menyaksikan atau mengalami peristiwa tidak menyenangkan seperti bencana alam, kecelakaan, pelecehan seksual atau kekerasan.

ODGJ dengan PTSD sering teringat dengan peristiwa yang menyebabkan trauma. ODGJ seperti ini akan merasakan gejala tertentu seperti gelisah, sulit tidur, panik atau merasa takut dan bersalah pada saat mendengar, melihat atau hanya memikirkan peristiwa yang memicu trauma tersebut.

4. Gangguan Kepribadian

Seseorang dengan gangguan kepribadian biasanya punya pola pikir serta perilaku yang dianggap menyimpang, aneh atau tidak sesuai dengan norma serta aturan yang berlaku di lingkungan sekitar.

ODGJ dengan gangguan kepribadian biasanya juga akan sulit memahami emosi serta berinteraksi dengan orang lain. Jenis gangguan kepribadian yang dapat dialami ODGJ cukup banyak seperti gangguan kepribadian ambang, gangguan kepribadian antisosial, gangguan kepribadian narsistik serta gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

5. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan salah satu jenis gangguan yang juga bisa dialami ODGJ. Perubahan suasana hati yang dialami ODGJ dengan gangguan bipolar ditandai dengan beberapa fase yakni fase mania serta fase depresif.

Ketika sedang ada di fase mania, maka penderita bipolar akan merasa sangat bahagia, antusias atau punya semangat menggebu-gebu, banyak makan atau banyak bicara serta tidak bisa diam.

Akan tetapi ketika masuk ke fase depresif, maka penderita bisa mengalami gejala depresi. Semua fase ini akan berlangsung dari mulai hitungan jam, minggu atau bulan. Apabila tidak segera mendapatkan pengobatan, maka ODGJ dengan gangguan bipolar akan berisiko tinggi melakukan bunuh diri serta perilaku berisiko seperti mengonsumsi alkohol dan narkoba.

6. Depresi

Depresi adalah salah satu gangguan jiwa yang banyak diderita ODGJ. Menurut data dari WHO, diperkirakan ada sekitar 264 juta orang di seluruh dunia yang mengalami atau setidaknya pernah menderita depresi.

Namun, banyak orang yang tidak sadar jika diriny mengalami gejala depresi sehingga kondisinya bisa semakin parah. ODGJ yang mengalami depresi biasanya sering merasakan beberapa gejala, seperti sulit atau terlalu banyak tidur, tidak bersemangat untuk menjlani hidup, kurang atau tidak mau makan, mengalami gangguan hasrat seksual dan perasaan bersalah, sedih serta tidak berdaya tanpa alasan jelas.

Apabila sudah parah, maka ODGJ yang mengalami depresi juga bisa berniat atau pernah mencoba bunuh diri. ODGJ yang disebabkan karena depresi ini butuh pengobatan dari dokter supaya kondisinya bisa membaik.

7.  Skizofrenia

ODGJ yang menderita skizofrenia biasanya akan mengalami gejala delusi, halusinasi atau waham, pola pikir aneh, gelisah atau cemas serta perubahan perilaku.

Ketika sedang mengalami halusinasi, maka ODGJ dengan skizofrenia akan merasa seperti menciuml, melihat atau menyentuh sesuatu meski sebenarnya rangsangan tersebut tidak nyata.

Jika tidak diobati, maka ODGJ dengan skizofrenia akan kesulitan berinteraksi dengan orang lain atau bahkan dipasung akibat perilakunya karena dianggap bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain. Akan tetapi jika diberikan penanganan yang tepat, maka ODGJ dengan skizofrenia bisa kembali hidup normal serta produktif.

Penanganan ODGJ

ODGJ atau orang dengan gangguan mental harus mendapatkan pemeriksaan serta penanganan dari psikiater. Untuk mendiagnosis jenis gangguan jiwa yang dialami ODGJ, maka dokter bisa melakukan pemeriksaan kejiwaan.

Sesudah terdiagnosis menderita gangguan mental tertentu, maka ODGJ bisa mendapatkan penanganan supaya gejala yang dirasakan bisa membaik. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan psikiater untuk mengobati ODGJ:

1. Pemberian Obat-obatan

Obat-obatan yang diberikan untuk ODGJ akan tergantung dari jenis gangguan jiwa yang dialami. Untuk mengobati ODGJ dengan gangguan mood seperti gangguan bipolar atau depresi, maka dokter akan memberikan obat antidepresan serta obat penstabil suasana hati atau mood stabilizer.

Sedangkan untuk gangguan kecemasan pada ODGJ, maka dokter bisa memberikan obat pereda cemas atau obat penenang. Beberapa obat tersebut ada yang diberikan hanya untuk jangka waktu tertentu dan ada yang diberikan untuk seumur hidup.

Untuk itu, ODGJ tidak disarankan untuk menghentikan pengobatan tanpa pemantauan dari dokter karena penyakitnya bisa kambuh kembali. ODGJ juga disarankan untuk secara rutin kontrol ke dokter jika memang ada efek samping tertentu yang ditimbulkan dari pengobatan yang dilakukan.

2. Psikoterapi

Penanganan ODGJ juga bisa dilakukan dengan cara psikoterapi yang dilakukan psikiater serta psikolog untuk mengatasi gangguan emosional atau masalah psikologis yang dirasakan pasien.

Dengan psikoterapi, ODGJ akan dibimbing sekaligus dilatih untuk belajar mengenali perasaan, kondisi serta pikiran yang menyebabkan keluhan yang dialami terjadi sekaligus membantu penderita untuk dapat menghadapinya dengan cara positif.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/seputar-odgj-dan-gangguan-kejiwaan-yang-sering-dialaminya
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-jiwa
  • https://today.line.me/id/v2/article/x08l9n
  • https://www.sehatq.com/artikel/stop-sebut-orang-gila-ini-gangguan-pada-odgj-yang-sering-ditemui
  • https://hellosehat.com/mental/odgj-gangguan-jiwa/

The post Pengertian ODGJ – Komplikasi dan Penanganan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/orang-dengan-gangguan-jiwa/feed/ 0
Pengertian ADHD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan https://adammuiz.com/attention-deficit-hyperactivity-disorder/ https://adammuiz.com/attention-deficit-hyperactivity-disorder/#respond Fri, 25 Feb 2022 00:09:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7759 ADHD [Attention Deficit Hyperactivity Disorder] merupakan gangguan perkembangan saraf ketika masih kanak-kanak yang paling umum. Kondisi ini umumnya pertama kali didiagnosis ketika masih anak-anak serta bisa terus bertahan sampai beranjak dewasa. Subtipe ADHD Dominan hiperaktif impulsif: Seseorang dengan ADHD yang lebih dominan hiperaktif kompulsif umumnya punya masalah hiperaktivitas serta perilaku impulsif. Dominan inatensi: Seseorang dengan ... Read more

The post Pengertian ADHD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
ADHD [Attention Deficit Hyperactivity Disorder] merupakan gangguan perkembangan saraf ketika masih kanak-kanak yang paling umum. Kondisi ini umumnya pertama kali didiagnosis ketika masih anak-anak serta bisa terus bertahan sampai beranjak dewasa.

Subtipe ADHD

  • Dominan hiperaktif impulsif: Seseorang dengan ADHD yang lebih dominan hiperaktif kompulsif umumnya punya masalah hiperaktivitas serta perilaku impulsif.
  • Dominan inatensi: Seseorang dengan ADHD yang lebih dominan inatesi umumnya punya gejala tidak bisa memperhatikan dengan baik.
  • Kombinasi hiperaktif impulsif dan inatensi: Punya gejala seperti impulsif, interaktif dan tidak bisa memperhatikan.

Gejala ADHD

  • Tidak bisa tetap fokus dan kurang perhatian.
  • Hiperaktif atau terlalu banyak bergerak sampai tidak bisa diam.
  • Impulsivitas yakni tindakannya tergesa-gesa tanpa berpikir.

Sedangkan jika dibagi berdasarkan jenisnya, maka gejala yang ditimbulkan dari orang dengan ADHD adalah:

1. Dominan Inatensi

  • Tidak memperhatikan hal yang detail atau sering berbuat kesalahan ceroboh pada pekerjaan atau tugas sekolah.
  • Bermasalah dengan fokus pada aktivitas atau tugas seperti saat berada di dalam kelas, saat melakukan percakapan panjang atau bacaan yang panjang.
  • Seperti tidak mendengarkan ketika orang lain sedang bicara.
  • Tidak mengikuti arahan serta tidak menyelesaikan tugas kantor atau tugas sekolah.
  • Menghindari atau tidak suka dengan tugas yang melibatkan upaya mental berkelanjutan seperti mengisi formulir atau menyiapkan laporan.
  • Sering kehilangan benda yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas atau menjalani keseharian.
  • Mudah terdistraksi.
  • Sering melupakan tugas sehari-hari.
  • Punya masalah dalam mengatur pekerjaan atau tugas.

2. Dominan Hiperaktif / Impulsif

  • Gelisah dengan mengetukkan kaki atau tangan atau menggeliat di kursi.
  • Memanjat atau lari di tempat yang tidak semestinya.
  • Tidak bisa duduk diam di ruang kerja atau di kelas.
  • Tidak dapat bermain atau melakukan aktivitas pada waktu luang yang tenang.
  • Terlalu banyak bicara.
  • Menjawab sebelum pertanyaan selesai dilontarkan atau memotong pembicaraan.
  • Kesulitan untuk menunggu giliran ketika sedang mengantri.
  • Melakukan interupsi pada orang lain.

Penyebab ADHD

Sebenarnya, belum ditemukan dengan pasti apa yang menjadi penyebab dari ADHD dan masih dipelajari oleh para ilmuwan. Selain genetik, para ilmuwan juga mempelajari tentang beberapa kemungkinan dari penyebab serta faktor risiko ADHD, seperti:

  • Mengalami cedera otak.
  • Penggunaan tembakau serta alkohol selama masa kehamilan.
  • Paparan lingkungan dalam masa kandungan atau usia dini.
  • Kelahiran bayi prematur.
  • Berat badan lahir yang rendah atau BBLR.
  • Sering bermain video game.

Diagnosis ADHD

Untuk memutuskan apakah seorang anak mengalami ADHD, maka akan ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Namun, sebenarnya tidak ada satu tes pun yang bisa dipakai untuk mendiagnosis ADHD.

Ada banyak masalah lain yang menyebabkan DHD seperti depresi, ketidakmampuan saat mempelajari sesuatu, kecemasan, masalah tidur dan sebagainya. Beberapa tahap yang kemungkinan akan dilakukan untuk mendiagnosis ADHD adalah sebagai berikut:

  • Pemeriksaan medis seperti tes gambar serta tes laboratorium.
  • Pengumpulan informasi seperti sejarah medis personal serta keluarga, isu medis dan catatan sekolah.
  • Wawancara atau kuesioner yang dilakukan pada orang yang mengenal anak tersebut.
  • Kriteria ADHD dari Diagnostic and Statictical Manual of Mental Disorder.
  • Skala penilaian ADHD untuk mengumpulkan serta mengevaluasi informasi tentang penderita ADHD tersebut.

Selain itu, ada juga beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk membantu dokter mendiagnosis kondisi tersebut. Berdasarkan publikasi American Psychiatric Association atau APA, berikut adalah beberapa kriteria yang bisa digunakan:

1. Jenis Inatensi

Menemukan 6 atau lebih gejala inatensi untuk anak sampai usia 16 tahun serta 5 atau lebih gejala pada remaja usia 17 tahun atau lebih tua. Gejala kondisi ini akan diperihatkan setidaknya selama 6 bulan.

2. Jenis Hiperaktivitas atau Impulsivitas

Menemukan 6 atau lebih gejala hiperaktivitas atau impulsivitas pada anak-anak sampai usia 16 tahun serta 5 atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua. Gejala yang ditimbulkan pada kondisi ini akan diperlihatkan setidaknya selama 6 bulan.

3. Jenis Hiperaktivitas atau Impulsivitas

Menemukan 6 atau lebih gejala hiperaktivitas atau impulsivitas untuk anak-anak sampai usia 16 tahun dan 5 atau lebih gejala pada remaja berusia 17 tahun atau lebih tua.

Pengobatan ADHD

Terapi perilaku serta obat-obatan bisa digunakan untuk membantu mengatasi ADHD. Kombinasi kedua cara tersebut bekerja baik untuk sebagian besar penderita terutama yang mengidap ADHD sedang sampai parah. Berikut adalah beberapa pengobatan untuk ADHD selengkapnya:

1. Terapi

Terapi perilaku bisa dilakukan untuk membantu mengatur gejala kondisi ADHD. American Academy of Pediatrics memberi penjelasan jika cara ini lebih sesuai dipakai untuk anak-anak berusia dibawah 6 tahun.

Sedangkan untuk jenis terapi pertama yang biasanya diberikan adalah psikoterapi. Terapi ini berguna untuk membantu anak supaya bisa memahami perasaan serta pikirannya terkait dengan kondisi yang sedang dialami.

Anak nantinya juga akan belajar untuk membuat keputusan baik itu dalam sekolah, hubungan atau kegiatan yang dilakukan. Orang tua, terapis, guru dan anak nantinya akan bekerja sama untuk memantau dan memperbaiki kebiasaan anak.

Hasilnya, anak akan bisa menghadapi banyak situasi dengan respons yang benar. Selain kedua terapi ini, anak juga bisa melakukan terapi grup, terapi musik atau latihan bersosialisasi.

Meski memang tidak sampai membuat anak dengan ADHD sembuh, namun cara ini bisa membantu anak dalam berkomunikasi, meminjam mainan, meminta tolong atau hal lainnya.

2. Obat

Obat juga bisa diberikan untuk membantu meningkatkan fokus serta konsentrasi pada anak dengan ADHD. Akan tetapi, ada banyak hal yang juga harus dipertimbangkan sebelum mulai memberikan banyak obat pada penderita.

Sebaiknya, berkonsultasi lebih dulu dengan dokter untuk menentukan jenis obat yang sesuai dan paling dibutuhkan. Meski memang ADHD tidak bisa disembuhkan, namun hanya dengan obat-obatan berikut yang bisa membantu anak dalam beraktivitas serta belajar:

  • Obat stimulan atau perangsang fungsi sistem saraf seperti dextromethamphetamine, methylphenidate serta dextromethylphenidate.
  • Obat non stimulan sistem saraf seperti antidepresan untuk anak, atomoxetine, clonidine serta guanfacine.

Namun, kedua jenis obat ini sama-sama bisa menimbulkan efek samping, seperti:

  • Insomnia.
  • Sakit kepala.
  • Sakit perut.
  • Penurunan berat badan.
  • Rasa cemas.
  • Mudah marah.

Untuk itu, pastikan untuk terus memantau efek samping yang terjadi serta konsultasikan dengan dokter.

Perawatan ADHD di Rumah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ADHD memang tidak bisa disembuhkan. Namun ada beberapa perawatan untuk ADHD di rumah, seperti:

  • Menerapkan konsekuensi untuk melatih disiplin.
  • Menunjukkan kasih sayang pada penderita karena ia butuh dicintai, didengar serta dihargai.
  • Meningkatkan rasa percaya diri penderita dengan cara menekuni sesuai yang disukai seperti menari, menulis dan sebagainya.
  • Memakai kalimat yang sederhana, menatap matanya serta memberi contoh pada saat memberikan arahan pada penderita.
  • Melakukan latihan supaya anak bisa lebih teratur seperti menyimpan barang pada tempat yang sudah diberi tanda dengan jelas.
  • Melakukan kebiasaan gaya hidup sehat.
  • Memastikan penderita cukup istirahat dengan mencoba menjauhkan penderita dari kelelahan karena bisa menyebabkan gejala hiperaktif yang lebih buruk.
  • Memberikan gizi yang seimbang dan untuk tambahan bisa mengajak penderita berolahraga dengan teratur untuk memberikan efek yang positif pada perilakunya.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/adhd
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/adhd
  • https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/adhd/
  • https://www.klikdokter.com/penyakit/adhd

The post Pengertian ADHD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/attention-deficit-hyperactivity-disorder/feed/ 0
Pengertian PTSD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan https://adammuiz.com/post-traumatic-stress-disorder/ https://adammuiz.com/post-traumatic-stress-disorder/#respond Thu, 24 Feb 2022 01:54:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7784 PTSD atau post traumatic stress disorder merupakan gangguan mental yang terjadi sesudah seseorang menyaksikan atau mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan. PTSD adalah gangguan kecemasan yang membuat penderita teringat dengan kejadian yang traumatis. Beberapa peristiwa traumatis yang bisa memicu terjadinya PTSD adalah bencana alam, kecelakaan, perang serta pelecehan seksual. Pengertian PTSD PTSD [Post Traumatic Stress Disorder] ... Read more

The post Pengertian PTSD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
PTSD atau post traumatic stress disorder merupakan gangguan mental yang terjadi sesudah seseorang menyaksikan atau mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan.

PTSD adalah gangguan kecemasan yang membuat penderita teringat dengan kejadian yang traumatis.

Beberapa peristiwa traumatis yang bisa memicu terjadinya PTSD adalah bencana alam, kecelakaan, perang serta pelecehan seksual.

Pengertian PTSD

PTSD [Post Traumatic Stress Disorder] atau gangguan stres pascatrauma merupakan kondisi mental dimana seseorang mengalami serangan panik yang disebabkan karena trauma pengalaman masa lalu.

Mengalami kejadian traumatis memang merupakan hal yang berat untuk semua orang. Namun untuk beberapa orang yang sudah lanjut usia mengidap PTSD sesudah mengalami peristiwa yang mengejutkan atau menyakitkan seperti insiden yang mengancam nyawa, kecelakaan atau perang.

Orang tersebut mungkin memikirkan kejadian traumatis sepanjang waktu yang kemudian berpengaruh di dalam kehidupannya. PTSD sebenarnya merupakan kondisi yang umum terjadi.

Gangguan stres pascatrauma biasanya lebih sering mempengaruhi wanita dibandingkan pria. Ini disebabkan karena umumnya wanita lebih sensitif pada perubahan dibandingkan dengan pria.

PTSD merupakan kondisi yang bisa mempengaruhi seseorang dari semua golongan usia dan bahkan bisa terjadi juga pada anak-anak. PTSD bisa diatasi dengan cara mengurangi faktor risiko serta mendiskusikannya dengan dokter.

Gejala PTSD

Gejala PTSD bisa terjadi ketika seseorang mengalami peristiwa yang menyebabkan trauma. Waktu kemunculannya bisa dalam beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah kejadian traumatis tersebut terjadi.

Sedangkan untuk tingkat keparahan serta durasi gejalanya juga berbeda-beda untuk setiap penderita. Berikut adalah beberapa gejala yang menunjukkan jika seseorang mengalami PTSD:

1. Ingatan Pada Peristiwa Traumatis

Penderita PTSD sering teringat dengan peristiwa yang menyebabkan trauma. Bahkan, penderita juga seakan seperti mengulang kembali kejadian traumatis tersebut.

Ingatan pada peristiwa traumatis itu juga sering hadir dalam bentuk mimpi buruk sehingga penderita PTSD semakin tertekan secara emosional.

2. Kecenderungan Mengelak

Penderita PTSD tidak mau membicarakan atau memikirkan peristiwa yang menyebabkan trauma. Ini diperlihatkan dengan menghindari aktivitas, tempat serta seseorang yang berhubungan dengan kejadian traumatis.

3. Perasaan Serta Pemikiran Negatif

Penderita PTSD juga cenderung menyalahkan orang lain atau diri sendiri. Selain itu, penderita juga akan kehilangan minat untuk aktivitas yang dulu disukai serta merasa putus asa. Penderita akan lebih memilih untuk menyendiri serta sulit menjalin hubungan dengan orang lain.

4. Perubahan Emosi dan Perilaku

Penderita PTSD biasanya lebih mudah marah atau takut meski tidak dipicu ingatan suatu peristiwa traumatis. Perubahan perilaku tersebut juga sering membahayakan diri sendiri atau orang lain.

PTSD bisa terjadi pada anak-anak dan juga orang dewasa. Akan tetapi pada anak-anak, ada gejala khusus yakni sering melakukan reka ulang suatu peristiwa traumatis lewat permainan. Anak dengan PTSD juga sering mengalami mimpi buruk yang bisa berhubungan lansung atau tidak dengan kejadian traumatis yang pernah dialami.

  • Selain itu, ada juga perubahan fisik atau emosi di berbagai hal yang bisa terjadi, seperti:
  • Lebih mudah terkejut atau merasa takut.
  • Sulit untuk merasakan berbagai emosi yang ada di dalam diri sendiri.
  • Tidak bisa menunjukkan energi positif yang ada di dalam dirinya.

Penyebab PTSD

PTSD bisa terjadi ketika seseorang menyaksikan atau mengalami peristiwa yang mengancam nyawa atau menakutkan. Masih belum diketahui dengan pasti kenapa peristiwa tersebut bisa menyebabkan PTSD untuk sebagian orang. Akan tetapi ada dugaan kuat jika penyebab PTSD adalah kombinasi dari beberapa kondisi berikut ini:

  • Pengalaman tidak menyenangkan.
  • Kepribadian bawaan yang tempramen.
  • Riwayat gangguan mental di keluarga.

Sedangkan beberapa peristiwa yang diketahui paling sering menyebabkan PTSD adalah sebagai berikut:

  • Bullying atau perundungan.
  • Perang.
  • Kekerasan fisik.
  • Kecelakaan.
  • Prosedur medis tertentu seperti operasi.
  • Pelecehan seksual termasuk pemerkosaan atau sodomi.
  • Penyakit yang mengancam jiwa seperti serangan jantung.

Faktor Risiko PTSD

Semua orang sebenarnya bisa terkena PTSD sesudah mengalami atau menyaksikan kejadian yang tragis. Namun, PTSD lebih berisiko terjadi pada orang yang punya beberapa faktor seperti berikut:

  • Kurang mendapat dukungan dari teman atau keluarga.
  • Menderita kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA.
  • Menderita gangguan mental yang lainnya seperti gangguan kecemasan.
  • Punya pengalaman traumatis sebelumnya seperti dirundung ketika masih kecil.
  • Punya pekerjaan tertentu seperti relawan atau tentara medis di daerah perang.

Diagnosis PTSD

Untuk mendiagnosis PTSD, dokter akan bertanya gejala apa saja yang dialami pasien sekaligus melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat apakah gejala yang ditimbulkan disebabkan karena penyakit fisik.

Apabila penyakit fisik memang tidak ditemukan, maka pasien akan dirujuk ke dokter spesialis kejiwaan atau psikiater. Nantinya, seseorang akan baru dikatakan mengalami PTSD jika punya riwayat mengalami peristiwa atau kondisi seperti berikut ini:

  • Melihat peristiwa traumatis yang terjadi pada orang lain.
  • Mengalami peristiwa traumatis secara langsung.
  • Mendengar jika orang terdekat mengalami peristiwa traumatis.
  • Berulang kali membayangkan kejadian traumatis secara tidak sengaja.

Pengobatan PTSD

Pengobatan PTSD berfungsi untuk meredakan emosi pasien sekaligus mengajarkan pasien untuk mengendalikan diri dengan baik pada saat teringat dengan kejadian traumatis. Beberapa metode yang umumnya dilakukan diantaranya seperti berikut:

1. Psikoterapi

Psikoterapi menjadi pilihan pertama yang dilakukan untuk mengatasi PTSD. Apabila gejala yang dialami pasien termasuk parah, maka dokter akan menggabungkan psikoterapi dengan obat-obatan.

Psikoterapi sendiri bisa dilakukan secara individual atau berkelompok dengan pasien PTSD yang lainnya. Ada beberapa jenis psikoterapi yang umumnya dilakukan untuk mengatasi PTSD, seperti:

Terapi kognitif: Untuk mengenali serta mengubah pola pikir pasien yang negatif menjadi positif.

Terapi eksposur: Untuk membantu pasien dalam menghadapi ingatan serta kondisi yang bisa menyebabkan trauma dengan efektif.

Eye movement desensitization and reprocessing atau EMDR: Kombinasi terapi eksposur dengan teknik gerakan mata yang berguna untuk mengubah respons pasien ketika ingat dengan kejadian traumatis.

2. Obat-obatan

Dokter juga akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi gejala PTSD. Obat yang diberikan akan tergantung dari gejala yang dialami pasien. Beberapa obat-obatan yang biasa diberikan diantaranya adalah:

  • Antidepresan: Berguna untuk mengatasi depresi seperti paroxetine serta sertraline.
  • Anticemas: Berguna untuk mengatasi kecemasan.
  • Prazosin: Untuk mencegah terjadinya mimpi buruk.

Nantinya, kemungkinan dokter akan meningkatkan dosis obat jika memang tidak efektif untuk mengatasi gejala. Akan tetapi jika efektif, maka obat akan terus diberikan setidaknya hingga 1 tahun. Sesudah itu, pengobatan akan dihentikan secara bertahap.

Komplikasi PTSD

PTSD bisa mengganggu kehidupan penderita baik itu di lingkungan keluarga atau pekerjaan. PTSD juga berisiko mengalami beberapa komplikasi yang lain, seperti:

  • Gangguan kecemasan.
  • Depresi.
  • Gangguan makan.
  • Ketergantungan alkohol.
  • Penyalahgunaan NAPZA.
  • Kemungkinan memiliki pikiran melukai diri sendiri atau bunuh diri.

Penanganan PTSD

Sebetulnya, PTSD tidak bisa dicegah, namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan ketika mengalami kejadian traumatis, seperti:

  • Berbicara pada keluarga, teman atau terapis tentang kejadian traumatis yang dialami.
  • Mencoba untuk fokus pada hal positif termasuk pada saat mengalami peristiwa traumatis. Contohnya seperti mencoba merasa bersyukur karena sudah bisa selama dari kecelakaan yang dialami.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/ptsd
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/ptsd
  • https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/ptsd/
  • https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/fakta-seputar-ptsd/
  • https://www.sehatq.com/penyakit/post-traumatic-stress-disorder-ptsd

The post Pengertian PTSD – Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/post-traumatic-stress-disorder/feed/ 0
Pengertian OCD – Penyebab, Faktor, Gejala dan Pengobatan https://adammuiz.com/obsessive-compulsive-disorder/ https://adammuiz.com/obsessive-compulsive-disorder/#respond Thu, 24 Feb 2022 00:58:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7768 OCD atau Obsessive Compulsive Disorder merupakan jenis gangguan kecemasan kronis atau jangka panjang yang sudah umum terjadi. Gangguan mental ini menyebabkan seseorang punya pikiran yang tidak terkendali sehingga bisa menimbulkan perilaku berulang atau kompulsif. Pengertian OCD OCD merupakan salah satu gangguan psikologis yang bisa mempengaruhi pikiran atau obsesif serta perilaku atau sifat kompulsif manusia. Kelainan ... Read more

The post Pengertian OCD – Penyebab, Faktor, Gejala dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
OCD atau Obsessive Compulsive Disorder merupakan jenis gangguan kecemasan kronis atau jangka panjang yang sudah umum terjadi.

Gangguan mental ini menyebabkan seseorang punya pikiran yang tidak terkendali sehingga bisa menimbulkan perilaku berulang atau kompulsif.

Pengertian OCD

OCD merupakan salah satu gangguan psikologis yang bisa mempengaruhi pikiran atau obsesif serta perilaku atau sifat kompulsif manusia.

Kelainan ini sangat mengganggu pikiran penderita karena menyebabkan rasa gelisah, khawatir, cemas, takut serta menuntut untuk melakukan suatu hal secara berulang.

Perilaku ini akan terus dilakukan penderita sampai keinginan dari pikirannya bisa terpenuhi. Penyebab dari OCD sendiri masih belum diketahui dengan pasti.

Namun menurut dugaan, OCD disebabkan karena masalah pada pengiriman informasi di bagian otak yang satu dengan yang lainnya.

Selain itu, OCD juga bisa disebabkan karena stres berat yang dialami, faktor genetik keluarga dan juga kecelakaan psikologis masa lalu yang bisa memicu terjadinya OCD pada seseorang.

Penyebab OCD

Hingga sekarang ini, para ilmuwan masih belum bisa menemukan yang menjadi penyebab dari OCD. Meski begitu, ada beberapa faktor yang mungkin bisa berpengaruh pada timbulnya penyakit ini, seperti:

1. Faktor Biologis

Ada beberapa studi yang menemukan jika OCD kemungkinan bisa terjadi karena adaya perubahan bahan kimia alami pada otak seperti serotonin atau fungsi otak. Seseorang dengan OCD kemungkinan mempunyai serotonin yang tidak mencukupi sehingga cenderung mengulangi perilaku yang sama berulang kali.

2. Faktor Genetik

OCD kemungkinan juga bisa terjadi karena faktor genetik yang diturunkan oleh keluarga. Namun, gen yang kemungkinan akan mempengaruhi kondisi ini masih belum bisa teridentifikasi.

3. Faktor Lingkungan

Lingkungan juga kemungkinan menjadi penyebab dari OCD. Ini termasuk infeksi streptococcus atau disebut Pediatric Autoimmune, trauma masa kecil atau perilaku obsesif kompulsif yang dipelajari ketika mengamati anggota keluarga dari waktu ke waktu.

Faktor Risiko OCD

Ada beberapa faktor risiko yang bisa menyebabkan seseorang mengidap OCD seperti berikut ini:

  • Mempunyai anggota keluarga atau orang tua yang mengidap gangguan obsesif kompulsif.
  • Pernah mengalami kejadian traumatis yang menyebabkan seseorang merasa tertekan secara emosional yang bisa meningkatkan risiko OCD berkembang dan memicu gejalanya muncul kembali.
  • Mengalami gangguan mental yang lain seperti depresi, gangguan kecemasan serta penyalahgunaan zat tertentu.

Gejala OCD

Biasanya, gejala OCD yang ada pada penderita dan paling sering terjadi adalah merasa resah, khawatir, takut dengan hal sekitarnya serta sering memiliki pikiran yang negatif. Berikut adalah beberapa gejala serta tipe OCD yang biasa terjadi:

1. Washers

Apabila sering merasa kurang atau bahkan tidak pernah merasa sudah bersih meski sudah mencuci tangan sehingga dilakukan berulang kali, maka bisa jadi ini adalah gejala paling umum dari OCD yang biasa terjadi.

Gejala ini menjelaskan ketika seseorang selalu takut terkontaminasi dengan kuman, bakteri atau kotoran yang pindah ke tubuh. Penderita biasanya akan mencuci tangan atau bagian tubuh yang dirasa kotor berulang kali.

Penderita OCD juga sering membersihkan rumah, tubuh dan segala yang dianggap kotor untuk memenuhi keinginan kompulsif yang dimiliki supaya terhindar dari kotoran atau kuman.

2. Chekers

Gejala selanjutnya yang sering terjadi adalah checkers yang membuat penderita OCD akan selalu memeriksa sesuatu secara berulang kali.

Tipe ini tidak berbeda dengan washers yang akan memeriksa sesuatu secara berulang kali pada sesuatu hal, benda serta barang yang dianggap berbahaya.

3. Orderliness dan Symmetry

Gejala ini membuat penderita OCD akan fokus mengatur semua hal dengan berurutan, simetris, rapi serta sejajar. Contohnya tidak senang apabila ada barang yang sudah dirapikan disentuh serta diubah posisinya oleh orang lain. Perilaku tersebut menuntut penderita untuk menghasilkan pemikiran yang berulang serta sama.

Pengobatan OCD

OCD sebetulnya merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan seluruhnya. Akan tetapi, pengobatan yang diberikan ahli kesehatan mental atau dokter bisa membantu untuk mengontrol gejalanya sehingga bisa beraktivitas dengan normal. Berikut adalah beberapa bentuk pengobatan yang biasa diberikan untuk penderita OCD:

1. Obat-obatan

Dokter kemungkinan akan memberikan resep obat untuk mengontrol obsesif serta kompulsif penderita OCD. Biasanya, obat antidepresan yang umumnya diberikan untuk mengatasi depresi menjadi pilihan utama yang diberikan dokter. Berikut adalah beberapa obat antidepresan yang biasanya diberikan:

  • Clomipramine [Anafranil].
  • Fluvoxamine [Luvox CR].
  • Fluoxetine [Prozac].
  • Paroxetine [Paxil, Pexeva].
  • Sertraline [Zoloft)].
  • Citalopram.
  • Escitalopram.

Supaya bisa efektif, dokter umumnya akan memberi rekomendasi lebih dari satu jenis obat. Biasanya, dokter akan memberikan resep obat antipsikotik untuk membantu mengontrol gejalanya.

Akan tetapi yang harus dipahami, keefektifan beberapa obat ini kemungkinan tidak akan langsung terlihat. Setidaknya dibutuhkan waktu beberapa minggu atau beberapa bulan untuk melihat perbaikan gejalanya.

2. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif merupakan metode efektif yang bisa dipakai untuk mengatasi OCD. Ini merupakan jenis psikoterapi yang berguna untuk membantu penderita agar bisa mengubah cara pikirnya, cara merasa serta cara berperilaku. Jenis terapi ini sendiri mengacu pada 2 bentuk perawatan, yakni:

  • Exposure and Response Prevention

Exposure yang dimaksud disini adalah paparan situasi serta objek yang memicu ketakutan serta kecemasan contohnya seperti kotoran. Di dalam terapi ini, pasien akan dipaparkan dengan objek tersebut supaya nantinya bisa terbiasa.

Sedagkan response prevention atau pencegahan respon mengacu pada ritual atau perilaku yang dilakukan penderita OCD untuk mengurangi kecemasan. Perawatan ini akan membantu penderita untuk belajar melawan dorongan untuk melakukan perilaku kompulsif sesudah diberikan paparan penyebab cemas.

  • Terapi kognitif

Terapi kognitif berguna untuk menghilangkan perilaku kompulsif. Pada terapi ini, pasien akan diajarkan cara yang sehat sekaligus efektif untuk menanggapi pikiran obsesif yang dirasakan.

Pengobatan OCD di Rumah

Untuk pengobatan OCD di rumah bisa dilakukan dengan cara gaya hidup dan beberapa pengobatan untuk mengatasi OCD. Berikut beberapa diantaranya:

  • Minum obat yang sudah diberikan dokter sesuai dengan dosisnya. Jangan berhenti mengonsumsi obat tanpa sepengetahuan dokter meski sudah merasa lebih baik sebab bisa mengembalikan gejalanya.
  • Mempelajari serta mempraktekkan teknik dan keterampilan tertentu yang bisa membantu mengontrol gejala seperti yang sudah diajarkan terapis.
  • Memperhatikan apabila ada perubahan tertentu pada diri sendiri yang menjadi tanda jika gejala akan segera muncul. Tanyakan juga pada dokter apa yanng harus dilakukan jika beberapa tanda tersebut timbul.
  • Mengikuti support group yang bisa membantu untuk mengatasi OCD.
  • Melakukan aktivitas yang disukai serta menyehatan seperti rekreasi.
  • Berolahraga dengan rutin, mengonsumsi makanan yang sehat dan juga tidur cukup.
  • Menghindari minuman beralkohol dan merokok.
  • Mencari cara untuk menghilangkan stres yang efektif untuk diri sendiri seperti pijat, meditasi, tai chi dan sebagainya.
  • Tetap melakukan aktivitas normal seperti sekolah, bekerja serta bersosialisasi dengan teman dan keluarga.

Komplikasi OCD

OCD juga bisa menyebabkan beberapa masalah baru pada kesehatan seperti berikut ini:

  • Masalah hubungan dengan orang lain.
  • Kualitas hidup yang buruk secara menyeluruh.
  • Sulit untuk melakukan kegiatan sekolah, bekerja atau kegiatan sosial.
  • Tidak punya waktu untuk melakukan aktivitas yang lain sebab ritual atau perilaku berlebihan yang dilakukan.
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri.

Sumber Referensi

  • https://www.halodoc.com/kesehatan/ocd
  • https://www.alodokter.com/ocd
  • https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/gejala-ocd-obsesif-kompulsif/
  • https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/ocd/
  • https://www.klikdokter.com/penyakit/ocd

The post Pengertian OCD – Penyebab, Faktor, Gejala dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/obsessive-compulsive-disorder/feed/ 0
Pengertian Antisosial – Gejala, Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan https://adammuiz.com/antisosial/ https://adammuiz.com/antisosial/#respond Wed, 23 Feb 2022 01:45:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7806 Antisosial adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang memiliki perilaku menyimpang dari norma dan terus dilakukan dari waktu ke waktu. Antisosial mengarah ke perbuatan yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan juga orang lain. Pengertian Antisosial Antisosial merupakan kondisi seseorang yang tidak dapat memberikan penilaian atau membedakan antara baik dan buruk dari hal yang dilakukannya. Dengan begitu, ... Read more

The post Pengertian Antisosial – Gejala, Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
Antisosial adalah gangguan kepribadian yang membuat seseorang memiliki perilaku menyimpang dari norma dan terus dilakukan dari waktu ke waktu. Antisosial mengarah ke perbuatan yang berpotensi membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.

Pengertian Antisosial

Antisosial merupakan kondisi seseorang yang tidak dapat memberikan penilaian atau membedakan antara baik dan buruk dari hal yang dilakukannya.

Dengan begitu, penderita akan punya kecenderungan menyakiti orang lain seperti tindakan tidak terpuji, penipuan, tindakan kekerasan dan tindakan lain yang dilakukan hanya untuk kesenangan pribadi.

Di dalam KBBI, antisosial diartikan sebagai seseorang yang tidak senang bergaul, memiliki sikap yang menutup diri dari masyarakat serta cenderung mengganggu ketenteraman umum.

Pada dasarnya ketika melakukan sesuatu yang tidak baik, maka antisosial juga punya rasa bersalah. Akan tetapi, rasa bersalah tersebut tidak menghambat orang tersebut untuk melakukan tindakan.

Perilaku antisosial bisa terjadi karena kondisi keluarga, lingkungan, pendidikan dan juga masyarakat. Seorang antisosial cenderung pemarah serta dapat bertindak sebagai seorang kriminal.

Gangguan kepribadian antisosial juga disebut dengan sosiopat sebab tidak dapat menyesuaikan serta beradaptasi dengan lingkungan masyarakat.

Para penderitanya biasanya memiliki perilaku yang kasar, agresif, tidak senang berinteraksi dan kurang memiliki rasa empati.

Baca Juga : Social Anxiety Disorder – Penyebab, Faktor, Komplikasi dan Pengobatan

Bentuk-bentuk Perilaku Antisosial

  • Antisosial karena deviasi individual: Terjadi karena pembawaan, penyakit atau kecelakaan yang dialami dan pengaruh sosiokultural.
  • Antisosial karena deviasi situasional: Kondisi yang berkaitan dengan tingkah laku seseorang yang mendapat rangsangan, pembatasan dan tekanan dari orang lain.
  • Antisosial karena deviasi biologis: Terjadi karena faktor pembatas yang tidak memberikan persepsi atau menyebabkan respon tertentu.

Baca Juga : Pengertian Fobia – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi

Gejala Antisosial

1. Manipulatif

Gejala pertama dari antisosial adalah manipulatif. Umumnya, seseorang yang antisosial ingin mendapatkan keuntungan dari hal yang dilakukan meski dengan cara memanipulasi orang.

Pada saat semua hal yang dilakukan tercapai dan memperoleh keuntungan dari hal tersebut, maka akan timbul rasa puas yang dirasakan. Akan tetapi di sisi lain, ada orang lain yang akan merasa dirugikan karena perilaku manipulatif tersebut.

Gejala manipulatif tersebut adalah gejala yang merugikan yang dilakukan dengan cara mempengaruhi orang lain dari pendapat, sikap dan perilaku.

2. Tidak Memiliki Rasa Empati

Rasa empati harus dimiliki setiap orang karena dengan empati, maka kita bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain sehingga bisa lebih menghargai. Akan tetapi untuk penderita antisosial, rasa empati sulit dilakukan.

Contohnya seperti ketika seseorang sedang mengalami kesusahan, maka penderita antisosial tidak akan membantu karena menganggap tidak akan memperoleh keuntungan.

Penderita antisosial tidak mengerti jika saat membantu seseorang, maka sebenarnya ada juga keuntungan yang bisa diperoleh. Keuntungan yang diperoleh pada saat membantu seseorang adalah rasa bahagia karena sudah berhasil menolong orang lain yang sedang kesusahan.

3. Sering Berbohong

Penderia antisosial sering merugikan orang lain sehingga juga sering melakukan kebohongan agar bisa dipercaya orang lain.

4. Tidak Bisa Membedakan Baik dan Buruk

Gejala selanjutnya dari antisosial adalah tidak bisa membedakan antara baik dan buruk ketika melakukan sesuatu. Gejala ini umumnya bisa membahayakan diri sendiri dan juga orang lainn.

5. Selalu Mengulangi Kesalahan yang Sama

Untuk orang yang normal, maka ketika melakukan kesalahan akan mengevaluasi kesalahan tersebut agar tidak terulang kembali. Bisa dikatakan jika orang normal akan menganggap kesalahan sebagai suatu pembelajaran.

Sementara untuk seseorang antisosial, akan terus mengulangi kesalahan yang sama karena menganggap jika hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh orang lain. Ini disebabkan karena untuk orang antisosial, melakukan kesalahan yang sama adalah hal yang wajar.

6. Sering Mengintimidasi atau Mengancam

Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial sehingga akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Ini bertujuan supaya tali persaudaraan bisa tetap terjaga dan bisa saling membantu antara satu dengan yang lainnya.

Akan tetapi untuk antisosial menganggap jika untuk mewujudkan keinginan harus dilakukan denngan cara mengintimidasi dan mengancam.

7. Sombong dan Ingin Menang Sendiri

Sombong dan selalu mau menang sendiri juga menjadi gejala dari antisosial. Ini yang membuat seseorang dengan antisosial selalu dijauhi orang lain.

Faktor Penyebab Antisosial

1. Faktor Genetik

Faktor penyebab antisosial yang pertama adalah faktor genetik yang diturunkan orangtua atau anggota keluarga. Jika ada anggota keluarga atau orangtua yang memiliki gangguan antisosisal, maka kemungkinan besar juga akan memiliki risiko mengalami gangguan antisosial yang lebih besar.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang buruk juga bisa menyebabkan munculnya gangguan antisosial atau sosiopat baik lingkungan pendidikan, keluarga atau masyarakat.

Peristiwa buruk yang pernah terjadi di masa lalu seperti kekerasan pada anak oleh anggota keluarga, pelecehan sesual dan sebagainya bisa menyebabkan seseorang tumbuh menjadi antisosial.

Penyebab Antisosial

  • Memiliki anggota keluarga antisosial, gangguan kesehatan mental serta gangguan kepibadian yang lain.
  • Mengalami peristiwa tidak menyenangkan di masa lalu seperti penelantaran, pelecehan seksual, kekerasan dan lainnya.
  • Memiliki keluarga yang tidak harmonis dan membuat anak menjadi bahan pelampiasan sehingga tumbuh menjadi antisosial.
  • Gangguan perilaku yang terjadi di masa kanak-kanak atau childhood disorder.

Pencegahan Antisosial

1. Pendidikan Dasar Sejak Dini

Pendidikan dasar sejak dini harus dilakukan karena bisa mengurangi risio terjadinya perilaku antisosial. Beberapa hal yang menjadi bagian dari pendidikan sejak dini adalah penyelesaian masalah, pengenalan emosi, pengendalian emosi marah, membiasakan diri untuk berinteraksi dengan orang lain serta pelatihan tentang keterampilan sosial.

2. Lewat Guru Konseling di Sekolah

Lingkungan sekolah menjadi salah satu faktor yang bisa memicu terjadinya perilaku antisosial. Untuk itu, sekolah sebaiknya bisa memberikan tenaga ahli seperti guru konseling supaya proses pendidikan dapat berjalan secara baik serta bisa memberi motivasi belajar untuk murid.

3. Pendidikan Dalam Masyarakat

Organisasi kepemudaan atau karang taruna di masyarakat sebenarnya sudah diberikan pelatihan dari ahli konseling seperti psikiater dan psikolog. Dengan begitu, keduanya bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan bantuan untuk mereka yang mengalami antisosial.

4. Pemeriksaan Kejiwaan dan Kepribadian

Psikiater atau psikolog bisa memberikan pengarahan atau bimbingan kondisi kepribadian atau kejiwaan untuk yang seseorang yang memiliki kepribadian antisosial.

Pengobatan Antisosial

Tingkat keparahan antisosial akan berbeda-beda sehingga untuk penanganan dan penyembuhan yang diberikan juga berbeda-beda. Berikut adalah beberapa pengobatan yang biasa diberikan:

1. Psikoterapi

Psikoterapi bisa digunakan sebagai sarana penanganan dan penyembuhan antisosial yang terbagi menjadi 2 jenis, yakni:

  • Cognitive Behavior Therapy [CBT]

Psikoterapi CBT merupakan terapi yang dilakukan terapis untuk melatih serta mengubah pola pikir pasien. Lewat terapi ini, cara berpikir penderita antisosial bisa dilatih sekaligus diubah ke arah yang jauh lebih baik.

  • Mentalization Based Therapi [MBT]

Terapi MBT merupakan terapi yang menitikberatkan pada metode berpikir sebelum bereaksi. Lewat terapi ini, penderita antisosial diharapkan bisa berpikir untuk tidak melakukan hal yang merugikan orang lain atau diri sendiri.

2. Obat-obatan

Sebetulnya, belum ada obat yang bisa menyembuhkan kepribadian antisosial. Namun, ada beberapa jenis obat yang bisa dipakai untuk mengurangi risiko gangguan antisosial, seperti:

  • Obat antipsikotik.
  • Obat anti konvulsan.
  • Obat antidepresan.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/kepribadian-antisosial-tidak-sesederhana-yang-dikira
  • https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/beda-antisosial-dan-asosial/
  • https://www.gramedia.com/best-seller/antisosial/
  • https://www.gurupendidikan.co.id/sikap-anti-sosial/

The post Pengertian Antisosial – Gejala, Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/antisosial/feed/ 0
Social Anxiety Disorder – Penyebab, Faktor, Komplikasi dan Pengobatan https://adammuiz.com/social-anxiety-disorder/ https://adammuiz.com/social-anxiety-disorder/#respond Wed, 23 Feb 2022 00:55:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7816 Social Anxiety Disorder merupakan rasa cemas dan takut diberikan penilaian buruk, dianggap remeh atau tidak diterima di situasi sosial. Penyebab dari gangguan ini adalah ketakutan karena diamati atau dinilai oleh mata publik dan khawatir jika dipermalukan di depan umum. Tanda dan Gejala Social Anxiety Disorder Takut berada di situasi sosial yang membuatnya bisa dinilai oleh ... Read more

The post Social Anxiety Disorder – Penyebab, Faktor, Komplikasi dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
Social Anxiety Disorder merupakan rasa cemas dan takut diberikan penilaian buruk, dianggap remeh atau tidak diterima di situasi sosial.

Penyebab dari gangguan ini adalah ketakutan karena diamati atau dinilai oleh mata publik dan khawatir jika dipermalukan di depan umum.

Tanda dan Gejala Social Anxiety Disorder

  • Takut berada di situasi sosial yang membuatnya bisa dinilai oleh orang lain.
  • Rasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain.
  • Terlalu khawatir akan mempermalukan diri sendiri di depan orang lain.
  • Takut jika ada orang lain yang menyadari kecemasannya.
  • Menghindari berbicara dengan orang lain karena malu.
  • Tubuh bereaksi ketika malu seperti keringat berlebih, pipi yang merah, tubuh gemetar dan suara gemetar.
  • Menghindari banyak kondisi yang bisa menyebabkan dirinya menjadi pusat perhatian.
  • Berusaha menghindari kondisi sosial tertentu karena takut dan cemas yang berlebihan.
  • Banyak menghabiskan waktu untuk mengevaluasi serta mengidentifikasi kekurangan diri sendiri setiap menghadapi situasi sosial tertentu.
  • Selalu beranggapan jika akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya ketika ada di situasi sosial.

Selain itu, ada juga beberapa gejala fisik dari yang ditimbulkan penderita Social Anxiery Disorder, seperti:

  • Napas yang pendek-pendek.
  • Blushing atau wajah yang memerah.
  • Gemetar termasuk suara yang ikut bergetar.
  • Jantung berdebar atau bagian dada yang terasa nyeri.
  • Sakit perut serta mual.
  • Hot flashes atau berkeringat.
  • Merasa pusing dan mau pingsan.

Penyebab Social Anxiety Disorder

1. Faktor Keturunan

Penyebab pertama dari Social Anxiery Disorder adalah karena faktor keturunan. Apabila di dalam keluarga ada yang mengalami kondisi ini, maka juga berpotensi dialami anggota keluarga yang lainnya termasuk juga gangguan kecemasan yang lainnya.

2. Struktur Sosial

Struktur otak yang dinamakan amigdala berguna untuk mengontrol respons pada asa takut seseorang. Apabila amigdala di otak bekerja terlalu aktif, maka respons pada rasa takut juga ikut meningkat. Ini kemudian bisa menyebabkan rasa cemas yang berlebihan dan akhirnya menyebabkan Social Anxiery Disorder.

3. Lingkungan

Social Anxiery Disorder adalah kondisi yang kemungkinan terjadi karena pernah menghadapi pengalaman yang memalukan atau tidak menyenangkan sebelumnya. Selain itu, gangguan ini juga bisa terjadi karena pola asuh yang salah dari orangtua.

Ketika orang tua sendiri yang menanamkan rasa khawatir pada anak serta terlalu mengontrol dan protektif pada anak, maka juga bisa menyebabkan gangguan kecemasan sosial seperti Social Anxiery Disorder.

Faktor Risiko Social Anxiety Disorder

Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang mengalami Social Anxiety Disorder atau SAD seperti berikut ini:

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, risiko Social Anxiety Disorder bisa meningkat ketika ada anggota keluarga yang juga mengalami kondisi serupa.

2. Pengalaman Buruk

Pengalaman buruk seperti karena trauma, masalah keluarga serta kekerasan fisik atau verbal juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami Social Anxiety Disorder.

Ini juga berlaku untuk seseorang yang mengalami bullying atau perundungan di masa remaja atau kanak-kanak, dipermalukan sampai digoda serta dijadikan bahan ejekan di depan banyak orang. Berbagai kejadian ini bisa menyebabkan trauma dan akhirnya mengalami Social Anxiety Disorder.

3. Watak

Seseorang dengan perangai, watak atau karakteristik ketika masih kecil juga berpengaruh pada gangguan bernama Social Anxiety Disorder. Contohnya seperti pendiam atau pemalu sejak kecil, maka bisa membuat anak tersebut mengalami SAD ketika dewasa.

4. Tuntutan Pekerjaan atau Sosial

Gejala dari SAD ini umumnya sudah mulai terlihat ketika seseorang masih berusia remaja. Namun, kondisi ini juga bisa terjadi karena tuntutan pekerjaan atau sosial yang baru dialami ketika berusia dewasa.

Contohnya bertemu dengan banyak orang baru, memberikan pidato di depan banyak orang sampai membawakan presentasi penting ketika bekerja. Semuanya ini bisa membuat seseorang mengalami Social Anxiety Disorder.

Komplikasi Social Anxiety Disorder

Apabila Social Anxiety Disorder tidak segera diatasi dengan baik, maka akan sangat mengganggu kehidupan penderitanya. Berikut adalah beberapa komplikasi dari Social Anxiety Disorder yang bisa terjadi:

  • Membuat penderita tidak percaya diri.
  • Tidak dapat tegas di segala situasi.
  • Sering memberi kritikan pada diri sendiri.
  • Sensitif pada kritikan yang diberikan orang lain.
  • Tidak mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi.
  • Lebih sering menyendiri serta tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain.
  • Tidak punya pencapaian apapun.
  • Menggunakan obat-obatan terlarang atau minum alkohol terlalu berlebihan.
  • Memiliki pikiran mencoba bunuh diri.

Diagnosis Social Anxiety Disorder

Dokter kemungkinan akan mencari tahu apakah ada kondisi kesehatan lain yang diderita pasien yang bisa menjadi sumber gangguan ini. Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan dokter diantaranya adalah:

  • Tes fisik: Berguna untuk membantu dokter menganalisis kondisi kesehatan atau pemakaian obat tertentu yang mungkin menjadi pemicu gangguan ini.
  • Dokter juga akan menanyakan tentang gejala yang dirasakan, seberapa sering gejala timbul serta kondisi seperti apa yang dirasakan.
  • Dokter akan meminta pasien mengisi kuisioner tentang beberapa gejala fobia sosial.

Pengobatan Social Anxiety Disorder

Ada beberapa metode yang bisa dipakai untuk mengatasi Social Anxiety Disorder, beberapa diantaranya adalah:

1. Psikoterapi

Salah satu jenis psikoterapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi Social Anxiety Disorder adalah dengan cognitive behavioral therapy atau CBT atau terapi kognitif dan perilaku. Terapi ini sangat berguna untuk membantu pasien dalam membentuk cara bersikap, berpikir serta bereaksi pada berbagai situasi sosial yang sebelumnya membuat pasien merasa cemas dan takut.

Selain itu, dengan CBT pasien juga dapat belajar serta mempraktekkan banyak kemampuan bersosialisasi bersama dengan orang lain. Ditambah lagi, terapi ini juga dilakukan secara berkelompok sehingga akan sangat membantu penderita.

2. Support Group

Banyak orang yang mengalami Social Anxiety Disorder merasa nyaman untuk mengikuti support group. Dari National Institue of Mental Health disebutkan jika grup bisa membantu pasien untuk menerima penilaian yang jujur untuk dirinya sendiri.

Ini artinya, pasien bisa secara perlahan menerima sekaligus belajar jika pikiran serta penilaian buruk yang diberikan pada dirinya sendiri tidaklah benar. Pasien juga akan belajar bagaimana orang lain punya kondisi yang serupa dan menghadapi banyak situasi sosial yang sebelumnya juga ditakuti.

3. Obat-obatan

Ada beberapa jenis golongan obat yang dapat dipakai sebagai pilihan utama untuk mengatasi Social Anxiety Disorder. Contohnya seperti selective serotonin reuptake inhibitors atau SSRIs seperti sertraline serta paroxetine.

Dokter juga kemungkinan akan merekomendasikan untuk mengonsumsi beberapa jenis obat lain untuk mengurangi gejalanya, seperti:

  • Obat-obatan beta blockers.
  • Obat-obatan antidepresan yang lainnya.
  • Obat anticemas seperti benzodiazepine.

Pencegahan Social Anxiety Disorder

Meski tidak bisa dicegah sepenuhnya, namun ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak dari gejalanya, seperti:

  • Segera mencari pertolongan karena jika semakin lama, maka akan semakin sulit diatasi.
  • Mulai untuk menulis jurnal atau buku yang bisa berguna untuk membantu memahami kejadian yang kemungkinan menjadi penyebab rasa cemas dan stres.
  • Memilih hal positif saja yang dipikirkan. Ini berarti lebih fokus pada sesuatu yang bisa memberikan rasa bahagia.
  • Menghindari pemakaian alkohol, obat-obatan terlarang serta merokok.

Sumber Referensi

  • https://www.halodoc.com/artikel/apa-yang-dimaksud-dengan-social-anxiety-disorder
  • https://www.alodokter.com/memahami-fobia-sosial-dan-cara-tepat-mengatasinya
  • https://www.alodokter.com/gangguan-kecemasan-sosial
  • https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/social-anxiety-disorder/
  • https://www.honestdocs.id/gangguan-kecemasan-sosial

The post Social Anxiety Disorder – Penyebab, Faktor, Komplikasi dan Pengobatan appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/social-anxiety-disorder/feed/ 0
Pengertian Bipolar – Ciri, Gejala, Penyebab dan Dampak https://adammuiz.com/bipolar/ https://adammuiz.com/bipolar/#respond Wed, 23 Feb 2022 00:05:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7741 Bipolar disorder atau biasa disebut dengan gangguan bipolar adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan mood secara ekstrem. Ini bisa menyebabkan seseorang yang mengalami bipolar berubah secara mendadak dari perasaan yang sangat bahagia atau manik menjadi sangat sedih atau depresi. Pengertian Bipolar Gangguan bipolar bisa diartikan sebagai gangguan yang ditandai dengan satu atau lebih ... Read more

The post Pengertian Bipolar – Ciri, Gejala, Penyebab dan Dampak appeared first on Adam Muiz.

]]>
Bipolar disorder atau biasa disebut dengan gangguan bipolar adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan perubahan mood secara ekstrem.

Ini bisa menyebabkan seseorang yang mengalami bipolar berubah secara mendadak dari perasaan yang sangat bahagia atau manik menjadi sangat sedih atau depresi.

Pengertian Bipolar

Gangguan bipolar bisa diartikan sebagai gangguan yang ditandai dengan satu atau lebih episode manik, hipomanik kemudian diganti dengan episode berikutnya yakni episode depresi mayor yang punya jeda periode pada mood ketika sudah normal.

Pada dasarnya, depresi dengan bipolar disorder bukanlah gangguan kesehatan pada mental yang punya kategori sama.

Untuk itu bisa dikatakan jika bipolar diartikan sebagai gangguan yang ditandai dengan perubahan mood serta drastis kemudian akan terjadi episode manik selama beberapa waktu yang lalu digantikan dengan episode depresi.

Gejala Bipolar

1. Episode Manik

Gejala pertama dari bipolar adalah episode manik yang umumnya bisa memicu kondisi pada psikosis atau perasaan asing pada dunia disekitarnya. Selain itu, biasanya juga akan butuh perawatan inap di rumah sakit.

Untuk itu, episode manik bisa bertahan selama beberapa minggu bahkan sampai beberapa bulan yang biasanya punya waktu relatif singkat akan tetapi bisa berakhir mendadak sehingga bisa bertahan lebih lama dibandingkan episode depresi mayor.

Berikut adalah beberapa gejala gangguan bipolar yang terjadi ketika episode manik:

  • Hasrat seksual yang meningkat.
  • Pikiran terputus dan terjadi lebih cepat.
  • Mengalami euforia atau kegembiraan yang tidak pantas.
  • Menilai sesuatu dengan buruk.
  • Kebutuhan tidur menurun sebab energi yang dikeluarkan lumayan tinggi.
  • Kecepatan ketika berbicara meningkat.
  • Punya pikiran untuk melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan.
  • Memiliki perilaku sosial yang tidak pantas.
  • Punya keyakinan yang tinggi.
  • Secara signifikan mempunya peningkatan dalam hal energi.
  • Terlalu bahagia, Sangat sensitif sehingga mudah tersinggung.
  • Terlalu berenergi dan bersemangat.
  • Punya pemikiran seperti terpacu.
  • Sering melakukan hal yang buruk seperti menghabiskan uang berlebihan, melakukan hubungan seks sembarangan dan lainnya.

Selain itu, ada juga pendapat ahli yang lain yakni Mondimore yang mengatakan jika ada beberapa gejala yang terjadi ketika episode manik muncul yang dibagi menjadi 3 tahap kategori, yakni:

  • Tahap Pertama

Terjadi peningkatan aktivitas pada motorik. Contohnya seperti kecepatan saat berbicara, perasaan bahagia, peningkatan kegiatan fisik, sangat terbuka pada orang lain, selalu percaya diri, punya ketertarikan tinggi pada hubungan seks, boros untuk menghabiskan uang, merokok dan sebagainya.

  • Tahap Kedua

Pada tahap kedua ini, akan terjadi penekanan pada kata-kata. Contohnya seperti perasaan yang mudah marah, perilaku menyerang, terkadang punya perasaan yang sangat senang namun juga bisa berubah menjadi perasaan tidak senang serta depresi.

Selain itu, sikap yang membuat seseorang menjadi marah bisa menyebabkan permusuhan dan terjadi peningkatan kecepatan berpikir sehingga jadi tidak terorganisir.

  • Tahap Ketiga

Pada tahap ketiga ini, akan muncul perasaan seperti tidak punya harapan, putus asa, sering melakukan aktivitas yang dikategorikan aneh, memiliki perasaan yang penuh hiruk pikuk, punya pemikiran tidak logis dan susah untuk diikuti sehingga muncul ke dalam halusinasi.

2. Episode Hipomanik

Episode selanjutnya dari gejala bipolar adalah hipomanik. Episode ini punya tingkat perkembangan emosi yang lebih rendah meski pada dasarnya punya kesamaan dengan kondisi bahagia yang besar dengan jenis manik yang sama.

Beberapa gejala awal dari episode hipomanik diantaranya adalah punya pemikiran serta berbicara yang cepat, perasaan sangat senang, level energi di dalam tubuh meningkat serta terkadang punya emosi pada perasaan yang mudah marah.

3. Episode Depresi

Episode terakhir dari bipolar adalah episode depresi. Ini adalah episode dengan ciri gangguan bipolar yang luamayan parah. Kondisi ini bisa mengakibatkan kesulitan beraktivitas sehari-hari. Beberapa gejalanya adalah sebagai berikut:

  • Mengalami delusi.
  • Lebih mudah putus asa.
  • Punya perasaan yang sangat sedih.
  • Punya perasaan khawatir.
  • Tidak lagi tertarik untuk melakukan aktivitas yang biasa dilakukan sehari-hari.
  • Susah untuk konsentrasi.
  • Lebih sering mengantuk.
  • Mempunyai jiwa yang malas.
  • Porsi makan jauh lebih sedikit.
  • Memiliki pemikiran untuk bunuh diri.
  • Sulit untuk membuat keputusan.
  • Terjadi penurunan energi seperti semakin lambat atau kelelahan.
  • Susah untuk tidur atau punya pola tidur berlebihan dari batas yang wajar.
  • Kehilangan minat pada kesenangan pribadi seperti hobi dan sebagainya.
  • Lebih mudah gelisah serta marah.
  • Suasana hati yang cemas serta kosong.
  • Menarik diri dari lingkungan.
  • Punya pikiran negatif pada diri sendiri seperti merasa tercela atau tidak berharga.

Penyebab Bipolar

Sebenarnya, sampai saat ini penyebab bipolar belum diketahui dengan pasti. Selain itu, penyebab bipolar juga bisa dipengaruhi karena beberapa faktor. Berikut adalah beberapa penyebab dari bipolar yang paling umum:

1. Lingkungan

Salah satu penyebab dari gangguan bipolar adalah karena faktor lingkungan. Lingkungan menjadi salah satu penyebab dari bipolar seperti korban pelecehan seksual atau kekerasan yang sampai menyebabkan trauma, kematian salah satu orang yang dicintai, perceraian orang tua dan sebagainya.

2. Kelainan Dalam Otak

Terjadinya ketidakseimbangan di bahan kimia tertentu atau neurotransmitter bisa mengganggu sistem tubuh yang mengatur keseimbangan suasana hati termasuk menjadi penyebab bipolar.

3. Faktor Genetik

Penyebab lainnya dari bipolar adalah karena faktor genetik. Jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidap gangguan bipolar, maka memiliki risiko lebih besar untuk anggota keluarga yang lain mengalami bipolar.

4. Stres Berat

Mengalami stres yang cukup berat bisa banyak gangguan ketika melakukan aktivitas sehari-hari termasuk bipolar. Seseorang yang mengalami stres berat juga bisa mengalami gangguan pola tidur serta didominasi dengan perasaan sedih serta tidak punya harapan akan suatu hal.

5. Traumatik

Penyebab lain dari gangguan bipolar adalah karena kejadian traumatik di masa lalu. Ada banyak jenis trauma yang bisa dialami seseorang, contohnya seperti kekerasan dalam rumah tangga, kecelakaan yang lumayan parah dan lainnya.

6. Kecanduan Minuman Beralkohol dan Obat-obatan

Obat-obatan serta minuman beralkohol tidak bagus untuk kesehatan apabila dikonsumsi terlalu berlebihan. Ini juga akan berpengaruh pada seseorang yang memiliki bipolar.

Ini disebabkan karena obat-obatan dan minuman beralkohol bisa memperburuk kesehatan mental ditambah lagi keduanya juga bisa memperburuk gangguan bipolar secara terus menerus hingga akhirnya sudah tidak bisa diatasi dengan baik.

Dampak Bipolar

Berikut adalah beberapa dampak dari bipolar yang harus diketahui:

1. Mengisolasi Diri

Semua orang tentunya memiliki kekurangan di dalam diri masing-masing dan ini termasuk juga untuk seseorang yang mengalami gangguan bipolar. Penderita gangguan bipolar umumnya akan mengisolasi diri karena tidak senang dengan segala hal yang ada diskitarnya.

Kurangnya komitmen ketika menjalin hubungan dan lebih sering merasa emosional serta depresi akan membuat penderita bipolar merasa terisolasi. Terutama jika sedang mengalami kegagalan, maka akan muncul perasaan seperti terasing serta ada jarak ketika berinteraksi dengan orang lain.

2. Tidak Bisa Mengontrol Emosi Dengan Baik

Pemahaman pada ego atau emosi merupakan perasaan yang secara sadar yang dikembangkan manusia ketika melakukan interaksi sosial. Ketidakmampuan untuk mengontrol emosi nantinya akan selalu berubah berdasarkan pengalaman serta cara sosialisasi seseorang.

Untuk itu, penderita gangguan bipolar harus bisa memotivasi sikap serta perbuatan yang dibantu dengan perkembangan mentalitas positif dati interaksi sosial tersebut.

Ini harus dilakukan karena penderita bipolar bisa lebih rentan dalam mempunyai pola pikiran yang negatif serta mengalami isolasi diri bahkan sampai hilangnya fungsi sosial dalam dirinya yang bisa memperburuk kondisi dalam hal mengontrol emosi.

3. Ketergantungan Obat

Beberapa jenis obat yang dipakai untuk mengatasi gangguan bipolar cukup banyak dan jenisnya juga berbeda-beda. Ini tergantung dari bagaimana kondisi penderita dengan gejala yang dialami ketika itu, apakah episode manik, hipomanik sampai episode depresi.

Penderita bipolar harus bisa mengetahui apakah mereka butuh pengobatan jangka panjang atau harus dengan pengawasan dokter. Jika tidak punya gejala yang muncul kembali, maka sebaiknya bisa menghentikan konsumsi obat-obatan yang selama ini dikonsumsi.

4. Percobaan Bunuh Diri

Dampak paling fatal dari penderita bipolar adalah risiko bunuh diri yang tinggi khususnya pada episode depresi. Pola pemikiran pada kematian serta upaya bunuh diri menjadi salah satu dampak yang sering terjadi pada penderita bipolar.

Sumber Referensi

  • https://www.alodokter.com/gangguan-bipolar
  • https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/gangguan-bipolar/
  • https://www.gramedia.com/best-seller/bipolar-disorder/

The post Pengertian Bipolar – Ciri, Gejala, Penyebab dan Dampak appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/bipolar/feed/ 0
Pengertian Trauma – Penyebab, Gejala, Efek dan Cara Mengatasi https://adammuiz.com/trauma/ https://adammuiz.com/trauma/#respond Tue, 22 Feb 2022 00:55:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7712 Trauma biasanya dihubungkan dengan psikologis serta tekanan emosional yang terjadi karena kejadian yang berkaitan dengan kekerasan. Namun ada juga yang trauma sebagai penyakit atau trauma fisik yang dialami seseorang. Pengertian Trauma Dalam Psikologis Trauma dalam psikologis merupakan kondisi yang terjadi karena peristiwa buruk yang dialami seseorang sehingga merasa tidak berdaya dan tidak aman menghadapi dunia ... Read more

The post Pengertian Trauma – Penyebab, Gejala, Efek dan Cara Mengatasi appeared first on Adam Muiz.

]]>
Trauma biasanya dihubungkan dengan psikologis serta tekanan emosional yang terjadi karena kejadian yang berkaitan dengan kekerasan. Namun ada juga yang trauma sebagai penyakit atau trauma fisik yang dialami seseorang.

Pengertian Trauma Dalam Psikologis

Trauma dalam psikologis merupakan kondisi yang terjadi karena peristiwa buruk yang dialami seseorang sehingga merasa tidak berdaya dan tidak aman menghadapi dunia yang penuh dengan bahaya.

Ketika mengalami trauma, maka seseorang mungkin akan tersiksa dari segi ingatan, emosi serta kecemasan yang mengingatkan pada peristiwa tersebut sampai mengganggu aktivitas harian. Bahkan, seseorang mungkin sampai tidak percaya lagi dengan orang lain.

Ada banyak kejadian yang bisa menyebabkan trauma khususnya yang mengancam jiwa. Akan tetapi, situasi yang menyebabkan kewalahan pada perasaan tertentu atau overwhelmed atau tersingkirkan juga bisa menyebabkan trauma.

Namun, trauma tidak dapat diukur dari kejadian yang dialami, akan tetapi dari cara orang tersebut menerima atau menanggapi peristiwa tersebut. Ini artinya, dua orang yang berbeda yang mengalami kejadian sama, kemungkinan hanya salah satu yang merasa trauma.

Kondisi kesehatan fisik serta mental, dukungan orang terdekat serta kemampuan diri untuk menghadapi situasi tersebut akan berpengaruh pada respon orang tersebut pada kejadian traumatis.

Pengertian Trauma Sebagai Penyakit

Di dalam istilah kesehatan, trauma diartikan sebagai cedera parah serta sering membahayakan jiwa yang terjadi pada saat semua atau suatu bagian tubuh terkena pukulan benda tumpul atau secara tiba-tiba terbentur.

Ini adalah jenis cedera yang berbahaya sebab tubuh bisa mengalami shock sistemik serta organ vital yang bisa berhenti bekerja dengan cepat. Untuk itu, penolongan secara medis tidak hanya diperlukan namun juga harus diberikan secepat mungkin supaya bisa meningkatkan kemungkinan pasien bisa selamat dari trauma.

Sekarang ini, cedera trauma menjadi penyebab lebih dari 120 ribu kematian setiap tahunnya dan bertanggung jawab pada 80% kematian remaja serta 60% kematian anak. Setiap tahun, ada lebih dari 50 juta cedera yang masuk dalam kategori trauma dan sebagian cedera tersebut lumayan parah sehingga pasien harus dirawat di rumah sakit.

Selain koma dan kematian, trauma juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada pasien seperti yang sudah terjadi pada sekitar 8 juta orang di seluruh dunia.

Trauma sendiri terdiri dari beberapa jenis yang dibedakan atas dasar bagian tubuh yang mengalami trauma dan seberapa parah trauma yang dialami. Beberapa jenis cedera yang paling sering terjadi adalah cedera pada tulang belakang, otak, dada serta perut.

Jenis cedera ini masuk dalam kategori cedera tembus atau tertutup. Cedera bisa dianggap tertutup ketika trauma tersebut terjadi di dalam tubuh. Contohnya seperti cedera otak traumatis yang bisa terjadi karena trauma yang disebabkan benda tumpul pada kepala. Sedangkan cedera dianggap menembus untuk kasus seperti luka karena tusukan gunting atau pisau.

Penyebab Trauma Pada Psikologis

  • Kejadian yang hanya terjadi sekali: Seperti bencana alam, kecelakaan sampai serangan teroris.
  • Kejadian yang terjadi terus menerus: Seperti tinggal di area yang penuh dengan tindak kejahatan kriminal.
  • Kejadian yang dianggap remeh: Seperti menjalani operasi besar, kematian orang terdekat yang mendadak, putus dengan pasangan dan sebagainya.

Penyebab Trauma Pada Penyakit

Cedera traumatis bisa disebabkan karena banyak hal dan berikut adalah beberapa penyebab yang paling umum:

  • Terjatuh.
  • Kecelakaan.
  • Trauma karena benda tumpul di kepala atau bagian tubuh yang lainnya.
  • Luka bakar.
  • Luka tusuk.

Apabila mengalami cedera yang parah, maka organ tubuh umumnya akan berhenti bekerja. Ini menjadi mekanisme alami tubuh untuk melindungi organ tersebut. Tubuh akan berusaha untuk menyimpan sebanyak mungkin energi untuk proses penyembuhan.

Gejala Trauma Dalam Psikologis

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, respon dari setiap orang pada kejadian traumatis akan berbeda. Untuk itu, gejala yang terjadi juga beragam dari mulai gejala fisik sampai psikologis. Berikut adalah bebeapa gejala trauma dalam psikologis yang biasanya terjadi:

  • Sangat waspada pada banyak hal yang terjadi disekitarnya.
  • Sangat emosional serta merasa sedih.
  • Lelah dari segi fisik.
  • Cemas dan stres.
  • Overprotektif pada orang terdekat.
  • Takut bepergian karena khawatir akan terjadi sesuatu yang berbahaya untuk dirinya.

Selain itu, ada juga beberapa reaksi lain yang dkelompokkan atas dasar jenisnya seperti berikut ini:

1. Reaksi Mental

  • Kemampuan untuk konsentrasi dan mengingat semakin berkurang.
  • Susah untuk menghindari pikiran mengganggu yang berhubungan dengan kejadian traumatis.
  • Terus mengingat kejadian traumatis tanpa dapat dikendalikan.
  • Merasa hilang arah serta disorientasi.
  • Timbul rasa panik, takut dan cemas.
  • Mati rasa sampai tidak bisa merasakan apapun.
  • Mengisolasi diri dan menjauh dari orang lain.
  • Depresi, punya perasaan bersalah serta terlalu sensitif dengan banyak hal yang ada disekitarnya.
  • Terus waspada karena takut dengan bahaya yang akan menimpanya.
  • Terkejut karena tidak bisa percaya dengan kejadian buruk yang menimpanya.

2. Reaksi Fisik

  • Mengalami gangguan tidur.
  • Kelelahan.
  • Mual, muntah serta pusing.
  • Sakit kepala.
  • Detak jantung meningkat.
  • Keringat berlebih.

3. Reaksi Perilaku

  • Berusaha untuk menghindari banyak hal yang bisa mengingatkan pada kejadian traumatis.
  • Susah berhenti memikirkan apa yang sudah terjadi.
  • Terjadi perubahan nafsu makan seperti makan berlebihan atau hanya sedikit.
  • Mulai melakukan kebiasaan tidak sehat seperti mengonsumsi alkohol atau merokok.

Gejala Trauma Pada Penyakit

  • Pusing.
  • Luka terbuka.
  • Patah tulang.
  • Muntah dan mual.
  • Edema.
  • Tekanan darah yang rendah.
  • Detak jantung bertambah cepat.
  • Disorientasi atau kebingungan.
  • Demam.
  • Hilang kesadaran.
  • Merasa kedinginan seiring menurunnya suhu tubuh.
  • Metabolisme tubuh meningkat.

Efek Trauma Psikologis Berkepanjangan

1. Post Traumatic Stress Disorder [PTSD]

PTSD merupakan respon yang bisa terjadi sesudah seseorang mengalami kejadian traumatis. Kemungkinan seseorang mengalami PTSD akan tergantung dari kejadian yang dialami dan cara menerima kejadian tersebut.

PTSD sebenarnya merupakan reaksi wajar, namun jika terjadi terus menerus lebih dari 2 minggu, maka sebaiknya segera mencari bantuan medis untuk mengatasi efek trauma ini.

2. Depresi

Jika terus menerus mengalami ketakutan dari peristiwa traumatis, maka bisa memicu depresi. Ketika depresi, seseorang akan sulit melakukan aktivitas yang biasanya mudah untuk dilakukan.

Ini adalah masalah mental yang sering terjadi. Namun ketika merasa depresi, maka akan semakin sulit untuk menghadapi trauma yang sedang dialami.

3. Gangguan Kecemasan

Merasa takut, cemas dan panik sesudah mengalami kejadian traumatis merupakan hal yang wajar terjadi. Bahkan dalam waktu yang bersamaan, seseorang juga bisa merasakan banyak gejala fisik.

4. Masalah Pada Kehidupan Sehari-hari

Apabila berlarut dalam ketakutan, kesedihan, kecemasan serta perasaan negatif lain, maka bisa mengganggu kehidupan sehari-hari. Ini artinya akan menimbulkan banyak masalah baru karena orang yang trauma tidak bisa melanjutkan hidup dari trauma yang dialami.

Cara Mengatasi Trauma Psikologis

1. Terapi

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma psikologis adalah dengan terapi. Cara ini dianggap efektif terutama jika kondisi trauma sudah tidak bisa diatasi sendiri. Berikut adalah beberapa terapi yang bisa dilakukan:

  • Cognitive behavioral therapy: Penderita akan dibantu dalam mengevaluasi dan menerima baik pikiran serta perasaan pada suatu kejadian traumatis yang pernah terjadi.
  • Somatic experiencing: Fokus pada sensasi yang dirasakan tubuh pada peristiwa penyebab trauma.

2. Obat-obatan

Selain terapi, obat-obatan juga bisa digunakan untuk mengatasi trauma. Berikut adalah beberapa jenis obat yang bisa dikonsumsi:

  • Transquiliser: Untuk mengurangi kecemasan yang terjadi karena trauma.
  • Antidepresan: Untuk membantu mengurangi gejala depresi namun harus dengan resep dokter.

Sumber Referensi

  • https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/trauma/
  • https://www.docdoc.com/id/info/condition/cedera
  • https://www.sehatq.com/artikel/arti-trauma-berdasarkan-jenisnya-pahami-juga-cara-mengatasinya-dengan-tepat
  • https://www.lemonilo.com/blog/berikut-pengertian-trauma-serta-penyebab-dan-gejalanya
  • https://tirto.id/penyebab-dan-macam-macam-trauma-yang-sering-dialami-manusia-eA1B

The post Pengertian Trauma – Penyebab, Gejala, Efek dan Cara Mengatasi appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/trauma/feed/ 0
Pengertian Fobia – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi https://adammuiz.com/fobia/ https://adammuiz.com/fobia/#respond Tue, 22 Feb 2022 00:05:00 +0000 https://adammuiz.com/?p=7724 Fobia merupakan rasa takut yang terlalu berlebihan pada sesuatu yang umumnya tidak membahayakan. Ketakutan ini bisa terjadi ketika berhadapan dengan situasi tertentu, ada di suatu lokasi hingga melihat benda atau hewan tertentu. Pengertian Fobia Secara umum definisi Fobia adalah ketakutan berlebihan, terus menerus dan tidak realistis pada hewan, objek, manusia, situasi atau aktivitas tertentu. Kondisi ... Read more

The post Pengertian Fobia – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi appeared first on Adam Muiz.

]]>
Fobia merupakan rasa takut yang terlalu berlebihan pada sesuatu yang umumnya tidak membahayakan. Ketakutan ini bisa terjadi ketika berhadapan dengan situasi tertentu, ada di suatu lokasi hingga melihat benda atau hewan tertentu.

Pengertian Fobia

Secara umum definisi Fobia adalah ketakutan berlebihan, terus menerus dan tidak realistis pada hewan, objek, manusia, situasi atau aktivitas tertentu. Kondisi ini merupakan salah satu dari jenis gangguan kecemasan.

Namun rasa cemas pada fobia tidak bersifat sementara akan tetapi permanen yang bisa mengakibatkan stres psikologis serta reaksi fisik. Salah satu jenis penyakit mental ini bisa berpengaruh pada kemampuan berinteraksi atau bekerja pada lingkungan sosial yang normal.

Jenis-jenis Fobia

1. Fobia Sederhana atau Specific Phobia

Fobia sederhana atau fobia spesifik umumnya dialami seseorang yang unya rasa takut berlebihan pada benda, hewan, situasi atau kegiatan tertentu. Biasanya, fobia sederhana terbentuk ketika masih kecil atau remaja namun akan berkurang ketika dewasa. Berikut adalah beberapa contoh kelompok dari jenis fobia sederhana:

  • Fobia hewan seperti pada laba-laba, kecoa dan ular.
  • Fobia lingkungan seperti dasar laut, ketinggian atau kuman.
  • Fobia situasi seperti datang ke dokter gigi atau terbang.
  • Fobia pada sesuatu yang terjadi pada tubuh seperti muntah, darah atau disuntik.
  • Fobia seksual seperti takut berhubungan sosial atau takut terkena penyakit menular seksual.

2. Fobia Sosial

Fobia sosial adalah orang yang takut dengan situasi yang memungkinkan mereka dipermalukan, dihina atau dihakimi orang lain. Penderita umumnya akan cemas ketika sedang berhubungan dengan orang asing.

Ketakutan ini mungkin akan berpengaruh pada penampilan di depan umum seperti saat konser, ceramah atau presentasi bisnis. Fobia sosial ini menjadi salah satu gangguan mental yang kemungkinan diturunkan ke dalam keluarga karena cara pikir yang tidak tepat.

Seseorang yang malu dan senang menyendiri ketika masih kecil kemungkinan akan mengalami gangguan ini. Pengalaman negatif atau tidak menyenangkan juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami fobia sosial.

3. Agrofobia

Agrofobia adalah salah satu jenis fobia yang ditandai dengan ketakutan ketika ada di ruang publik yang membuat penderita merasa kesulitan serta malu ketika pergi atau meninggalkan tempat secara mendadak.

Seseorang dengan agrofobia umumnya akan menghindari konser, bioskop atau bepergian memakai kereta atau bus. Bahkan, ada banyak orang dengan agrofobia juga mengalami gejala gangguan panik seperti jantung berdebar, gemetar, berkeringat dan tidak nyaman.

Gejala Fobia

Fobia merupakan salah satu jenis dari gangguan kecemasan. Beberapa gejala dari fobia diantaranya adalah rasa cemas sampai serangan panik menyeluruh. Berikut adalah beberapa gejala dari fobia selengkapnya:

  • Rasa cemas dan takut yang berlebihan.
  • Sesak napas.
  • Kebingungan.
  • Leher terasa seperti tercekik.
  • Dada terasa nyeri.
  • Telinga berdenging.
  • Susah berbicara dengan jelas.
  • Tubuh berkeringat atau gemetar.
  • Mulut terasa kering.
  • Sensasi selalu ingin buang air kecil.
  • Menangis.
  • Takut ditinggalkan sendirian khususnya anak-anak.
  • Perasaan tidak rasional atau tidak proporsional.
  • Muncul perasaan yang tidak sesuai dengan ancaman sebenarnya atau tidak masuk akal.
  • Menghindari aktivitas, objek atau situasi yang bisa memicu kondisi tersebut.

Penyebab Fobia

Hingga sekarang ini, penyebab dari fobia masih belum diketahui secara pasti. Namun kondisi ini umumnya terjadi di dalam keluarga dan umumnya terjadi sesudah mengalami kejadian yang mengguncang. Fobia sendiri bisa muncul secara bertahap atau mendadak. Berikut adalah beberapa penyebab dari fobia:

  • Pengalaman Buruk: Ada banyak macam atau jenis fobia yang muncul sesudah seseorang mengalami pengalaman buruk atau serangan panik yang berkaitan dengan situasi atau objek tertentu.
  • Faktor Genetik atau Lingkungan: Lingkungan atau genetik merupakan salah satu penyebab dari fobia yang berikutnya. Umumnya, ini berkaitan dengan ketakutan berlebihan yang juga dirasakan oleh orang tua. Ini artinya, kondisi ini bisa terjadi karena genetik atau karena sikap yang dipelajari.
  • Fungsi Otak: Perubahan yang terjadi pada otak kemungkinan juga berperan pada kondisi fobia.

Faktor Risiko Fobia

  • Usia yang umumnya terjadi pada remaja.
  • Riwayat kesehatan keluarga.
  • Karakteristik.
  • Memiliki gangguan mental seperti depresi, skizofrenia, gangguan panik, OCD, PTSD atau gangguan kecemasan umum.
  • Punya orang tua yang terlalu melindungi atau hubungan yang tidak terlalu dekat dengan orang tua.
  • Cedera psikologis.
  • Mengalamai stres atau tekanan dalam jangka waktu panjang.
  • Diagnosis dan Pengobatan Fobia.

Diagnosis Fobia

Sebetulnya, tidak ada pemeriksaan medis seperti laboratorium yang dilakukan untuk mendiagnosis fobia. Pemeriksaan yang biasanya dilakukan adalah dengan wawancara klinis. Penderita akan diberikan pertanyaan seputar gejala serta riwayat kesehatan.

Dari wawancara tersebut, dokter akan bisa menarik kesimpulan mengenai kondisi pasien. Dokter mungkin juga akan memakai kriteria Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder atau DSM 5 yang diterbitkan American Psychiatric Association untuk menentukan kondisi pasien.

Pengobatan Fobia

Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi fobia diantaranya adalah kombinasi beberapa jenis obat serta psikoterapi yang tergantung dari jenis fobia yang dialami. Beberapa jenis pengobatan untuk mengatasi fobia diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk Specific Phobia

Untuk mengatasi specific phobia, biasanya akan dilakukan terapi perilaku kognitif atau CBT untuk membantu mengatasi fobia khususnya lewat prosedur yang disebut dengan terapi desensitisasi atau terapi paparan.

Teknik ini akan secara bertahap meningkatkan keterpaparan pasien pada hal yang ditakuti sesuai dengan kecepatan diri sendiri. Dengan terus terpapar objek tersebut, maka penderita akan diajarkan untuk menguasai rasa takut lewat kontrol pernapasan, relaksasi atau strategi pengurangan kecemasan yang lain.

Dokter kemungkinan juga akan memberikan resep obat anti kecemasan yang berguna untuk mengatasi fobia jangka penek.

2. Untuk Fobia Sosial

Untuk fobia sosial yang lebih umum atau terjadi jangka panjang, maka obat yang mungkin diberikan adalah antidepresan, umumnya Selective Serotonin Reuptake Inhibitor [SSRI].

Apabila SSRI ini tidak efektif, maka dokter kemungkinan akan memberikan resep obat antidepresan atau antiansietas alternatif. Terapi perilaku kognitif ini juga efektif dilakukan untuk orang dengan fobia sosial baik pada pengaturan individu atau kelompok.

3. Untuk Agrofobia

Untuk pengobatan agrofobia hampir serupa dengan perawatan gangguan panik. Perawatan obat termasuk antidepresan SSRI serta beberapa jenis antidepresan lain seperti clomipramine, mirtazaphine, imipramine serta venlaxine.

Cara Mengatasi Fobia

Terapi serta strategi menolong diri sendiri bisa bekerja dengan efektif untuk mengatasi fobia. Perawatan tepat yang akan diberikan tergantung dari tingkat keparahan fobia, akses pada terapi profesional serta dukungan yang dibutuhkan.

Untuk membantu diri sendiri agar tidak mengalami fobia, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sendiri:

  • Belajar untuk tenang dengan cepat.
  • Menghadapi rasa takut secara perlahan.
  • Menantang pikiran negatif mengenai fobia yang dialami.

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Apabila fobia sudah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikiater atau psikolog. Khususnya jika fobia sudah sampai mengganggu produktivitas seperti di tempat kerja, di sekolah atau kehidupan sosial.

Contohnya jika fobia yang dialami sampai menyebabkan seseorang menghindari situasi atau lokasi tertentu, sangat takut, cemas atau panik dan pada saat fobia dialami terus selama 6 bulan atau lebih.

Apabila memang mengalami fobia, maka sebaiknya segera berkonsultasi dengan psikolog supaya bisa mendapatkan penanganan dan arahan. Dengan begitu, kejadian fobia tersebut tidak sampai menyebabkan gangguan mental yang lebih lanjut.

Sumber Referensi

  • https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/fobia/
  • https://www.alodokter.com/fobia
  • https://www.halodoc.com/kesehatan/fobia

The post Pengertian Fobia – Jenis, Gejala, Penyebab dan Cara Mengatasi appeared first on Adam Muiz.

]]>
https://adammuiz.com/fobia/feed/ 0